JANGAN
MENCONTEK, ALLAH MAHA MELIHAT
Assalamu’alaykum
sahabat muslim, kali ini muslimah blog update kembali. Bagi kalian para
mahasiwa diakhir semester pasti akan menjumpai ujian akhir semester (UAS).
Banyak persiapan-persiapan yang dilakukan sebagai bekal UAS tersebut.
Kebanyakan mahasiswa pasti akan melakukan usaha untuk mendapatkan nilai yang
baik pada saat ujian, terlepas itu didapatkan dengan cara yang terpuji yaitu
dengan belajar secara giat ataupun dengan cara yang tercela yaitu dengan mencontek. Lalu,
bagaimana perilaku contek-mencontek pada
saat ujian dalam pandangan Islam?
Islam Melarang Berbuat Curang dan Berbohong
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا
“Barangsiapa yang menipu kami, maka ia
tidak termasuk golongan kami.” (HR. Muslim no. 101, dari Abu Hurairah).
Hadits di atas ada kisahnya ketika seorang
pedagang mengelabui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak jujur
dalam jual belinya. Dari Abu Hurairah, ia berkata,
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَأَدْخَلَ
يَدَهُ فِيهَا فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلاً فَقَالَ « مَا هَذَا يَا صَاحِبَ
الطَّعَامِ ». قَالَ أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ أَفَلاَ
جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَىْ يَرَاهُ النَّاسُ مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّى
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya,
kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya,
“Apa ini wahai pemilik makanan?” Sang pemiliknya menjawab, “Makanan tersebut
terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa kamu tidak
meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah,
barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami.” (HR. Muslim no. 102)
Ini berarti setiap orang yang menipu,
berbohong, berbuat curang, mengelabui dikatakan oleh Nabi bukanlah termasuk
golongan beliau. Artinya, diancam melakukan dosa besar. Menyontek pun demikian.
Akibat Berbuat Curang Saat
Ujian
Dalam hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap
dusta. Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
عَلَيْكُمْ
بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى
إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى
يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ
يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا
يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ
اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur,
karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya
kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur
dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang
yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta
akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka.
Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan
dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)
Dalam hadits lainnya disebutkan tiga tanda
munafik,
آيَةُ
الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا
اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tiga tanda munafik adalah jika berkata, ia
dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan ketika diberi amanat, maka ia ingkar”
(HR. Bukhari no. 33 dan Muslim no. 59).
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini
menerangkan tanda munafik, yang memiliki sifat tersebut berarti serupa dengan
munafik atau berperangai seperti kelakuan munafik. Karena yang dimaksud munafik
adalah yang ia tampakkan berbeda dengan yang disembunyikan. Pengertian munafik
ini terdapat pada orang yang memiliki tanda-tanda tersebut” (Syarh Muslim, 2:
47).
Akibat mencontek pun dapat dirasakan jangka
pendek. Anda menjadi tidak pede dengan jawabannya. Padahal barangkali
jawabannya lebih benar daripada milik temannya. Menyontek juga membahayakan
diri sendiri karena bila ketahuan, bisa dipastikan nilai 0. Bagi yang dicontek,
tidak menyesalkah bila yang menyontek mendapat hasil ujian yang lebih tinggi
daripada Anda yang dicontek? Artinya, kerjasama saat di ‘medan perang’ ujian
adalah kesia-siaan, karena teman Anda hanya memanfaatkan diri Anda, dan Anda
tidak sadar telah dimanfaatkan. Hal ini sering terjadi. Yang namanya kompetisi,
maka setiap peserta harus bersaing, bukannya malah bekerja sama. Karena yang
namanya juara itu hanya dimiliki oleh satu orang, bukan tim / kolektif.
Adapun bahaya jangka panjang seperti kata
pepatah, “Siapa yang menanam, dia akan menuai hasilnya kelak.” Kalau itu
adalah kejelekan yang ditanam, maka tunggu hasil jeleknya kelak. Bila seorang
siswa terbiasa menyontek, maka kebiasaan itulah yang akan membentuk diri.
Beberapa karakter yang dapat ‘dihasilkan’ dari kegiatan menyontek antara lain:
mengambil milik orang lain tanpa ijin, menyepelekan, senang jalan pintas dan
malas berusaha keras, dan kehalalan pekerjaan dipertanyakan. Bisa dipastikan,
saat anda sudah dewasa dan hidup sendiri, tabiat-tabiat hasil perilaku
menyontek mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mencuri,
korupsi, manajemen buruk, pemalas tapi ingin jabatan dan pedapatan tinggi.
Mending Nilai Pas-Pasan Tetapi
Jujur
Mending nilai pas-pasan daripada berbuat
curang dan berbohong dengan menyontek. Prinsip inilah yang harus ditanamkan.
Harusnya kita dapat menerapkan perilaku jujur untuk meraih ridho Allah SWT.
Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah
menuliskan surat kepada Mu’awiyah. Isinya sebagai berikut,
مَنِ
الْتَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ
وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى
النَّاسِ
“Barangsiapa mencari ridho Allah sedangkan
manusia murka ketika itu, maka Allah akan bereskan urusannya dengan manusia
yang murka tersebut. Akan tetapi barangsiapa mencari ridho manusia, namun
membuat Allah murka, maka Dia akan serahkan orang tersebut kepada manusia.”
(HR. Tirmidzi no. 2414. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Begitu pula yang harus dipahami bahwa
membahagiakan orang tua dengan lulus dalam ujian tidak mesti dengan jalan yang
diharamkan, tempuhlah jalan yang Allah ridhoi.
Semoga Allah memudahkan kita yang sebentar
lagi menempuh ujian akhir semester. Moga Allah mendatangkan kemudahan dan juga
memberikan taufik kepada mereka untuk berlaku jujur dan menjauhi kecurangan.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Sumber: https://muslim.or.id/21120-dosa-menyontek-saat-ujian.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar