Anas bin Malik
Khodim Rasulullah yang Kaya Ilmu, Harta dan Keturunan
BIOGRAFI
Anas bin Malik bin Nadar al-Khazraj (Arab:العربية) - lahir: 612-wafat:709/712) – adalah sahabat
Nabi Muhammad SAW. Anas bin Malik berasal dari Bani an-Najjar dan merupakan anak dari Ummu Sulaim. Sejak kecil Dia melayani keperluan Nabi Muhammad SAW,
sehingga selalu bersama Rasulullah. Dengan selalu bersama Rasulullah, Dia
menghafal banyak hadist. Setelah wafatnya Nabi Muhammad, Anas bin Malik
pergi dan menetap di Damaskus dan kemudian ke Basrah. Ia mengikuti sejumlah pertempuran dalam membela Islam.
Ia dikenal sebagai sahabat Nabi Muhammad SAW yang berumur paling panjang.
Anas bin Malik adalah sahabat yang terakhir meninggal di Basrah dan sahabat yang terakhir meninggal adalah Amir
At'tufairi. Anas
bin Malik berkhidmat dengan nabi semasa dia masih kecil, dia berkhidmat dengan
nabi selama 10 tahun. Nabi juga selalu mendampingi Anas bin Malik untuk memberi
tunjuk ajar pada Anas, ketika hendak memulakan makan, nabi perintahkan Anas
supaya membaca doa dan ambil makanan yang berada di hadapan dahulu. Begitu
sikap nabi mengajar Anas bin Malik. Hebatnya para sahabat dahulu kala.
MENJADI PELAYAN RASULULLAH
Belum sehari Rasulullah menetap di kota Madinah, Humaisha’ binti Milhan ibunda Anas bin Malik bersama
putra tercinta yang masih kecil yang berjalan didepannya dengan
meloncat-meloncat kegirangan, dan kuncirnya bergoyang kekanan dan kekiri,
kemudian ibunda Anas mengucapkan salam kepada Sang Nabi dan berkata : “Ya
Rasulullah, tidak ada laki-laki atau perempuan dari golongan Anshor kecuali
telah memberimu hadiah, akan tetapi aku tidak menemukan sesuatu yang bisa
kuhadiahkan kepadamu kecuali putraku ini, maka ambillah ia, jadikanlah ia pembantumu”. Maka nabi pun senang, dan menerima Anas dengan
wajah yang berseri-seri. Kemudian Rasulullah mengusap kepala Anas bin Malik
dengan tangannya yang mulia dan memegang kuncirnya dengan jari-jarinya yang
lembut. Dan membawa Anas kekeluarga Rasulullah SAW.
Anas bin Malik atau Unais (panggilan Rasulullah kepada Anas). Dalam usianya yang
ke sepuluh adalah hari-hari yang sangat membahagiakannya, ketika menjadi
pembantu Nabi Muhammad SAW, dan dia hidup di dalam pendidikan dan penjagaan
Nabi Muhammad SAW, sampai beliau meninggal, dan masa-masa itu berlangsung
selama sepuluh tahun tepat, jiwanya pun penuh dengan hidayah, hatinya penuh
dengan hadits –hadits Nabi sehingga ia menjadi orang yang lebih tahu tentang
keadaan Nabi, rahasia, sifat-sifat Nabi SAW, yang tidak diketahui orang lain
kecuali dirinya.
KENANGAN MANIS BERSAMA RASULULLAH
Anas bin Malik telah melihat dari pergaulan Nabi yang
sangat mulia yang tidak bisa didapatkan dari seorang pun. Dan merasakan
indahnya perangai Nabi, dan agungnya sifat-sifat Nabi. Yang membuat iri semua
orang didunia, maka aku kisahkan tentang Anas bin Malik sebuah hadits yang
sangat jelas. Anas bin Malik berkata : “Rasulullah SAW adalah orang yang
paling bagus akhlaqnya, yang paling lapang dadanya, dan yang paling dermawan.
Maka suatu hari Beliau mengutusku untuk suatu keperluan, kemudian aku keluar
dan aku menuju anak-anak kecil yang sedang main di pasar untuk bermain bersama
mereka dan akupun keluar tidak untuk menunaikan hajatnya Rasulullah SAW, maka
ketika aku sedang bermain bersama mereka tiba-tiba ada seseorang yang berdiri
di belakangku dan memegang bajuku, kemudian aku memalingkan wajahku untuk
melihatnya. Seketika aku dapati Rasulullah tersenyum manis kepadaku dan
berkata: “Wahai Unais apakah engkau sudah mengerjakan suatu keperluan yang
telah aku perintahkan kepadamu?” Maka aku pun berlari dan berkata : “Ya,
aku akan kerjakan sekarang wahai Rasulullah”. Demi Allah sungguh aku telah
menjadi pembantu Rasulullah
selama sepuluh tahun dan Beliau pun tidak pernah mengatakan untuk sesuatu yang
aku kerjakan : “Mengapa Engkau kerjakan!” dan untuk yang aku
tinggalkan : “Mengapa Engkau tinggalkan?”
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, Anas bin Malik hidup
selama 80 tahun lebih , hatinya pun penuh dengan ilmu dari ilmunya Rasulullah
SAW, dan akalnya pun begitu tajam, untuk memahami Syariat-syariat Islam.
Hatinya pun hidup dengan hidayah Rasulullah SAW. Dan Anas dalam umurnya yang
sangat panjang ini Beliau adalah tempat kembalinya orang-orang muslimin, ketika
mereka mendapatkan suatu masalah-masalah yang rumit dan merekapun memegang
ucapan-ucapan yang keluar dari Anas bin Malik diantaranya adalah bahwa sebagian
orang yang ragu dalam syariat agama, mereka menanyakan tetang keberadaan telaga
Rasulullah SAW besok pada hari Qiyamat. Kemudian mereka mendatangi Anas bin
Malik dan menanyakan hal tersebut kepadanya, maka Anas bin Malik
menjawab : “ Aku tidak menyangka dalam hidupku yang panjang ini akan
menemui orang-orang yang seperti kalian yang meragukan telaganya Rasulullah
SAW, maka ketahuilah akan datang orang yang lemah agamanya setelahku, dan
mereka tidak melaksanakan shalat akan tetapi mereka meminta kepada Allah agar
bisa minum dari telaganya Rasulullah SAW.
Sungguh beruntung Anas bin Malik atas karunia Allah yang
diberikan kepadanya, karena ia bisa mendampingi Rasulullah selama 10 tahun
penuh, dan dia adalah 3 diantar periwayat hadits terbanyak setelah Abu Hurairah
dan Abdullah bin Umar. Semoga Allah memberikan pahala kepadanya dan kepada
ibunya dengan sebaik-baiknya pahala.
ANAS BIN MALIK, PEMBANTU RASULULLAH
YANG KAYA ILMU, HARTA DAN KETURUNAN
Anas
bin Malik benar-benar seorang pembelajar. Selain kepada Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam, ia juga menimba banyak ilmu kepada Abu Bakar, Umar, Utsman,
Mu’adz, Usaid Al-Hudair, Abi Thalhah, ibunya sendiri Ummu Sulaim, bibinya Ummu
Haram, pamannya Ubadah bin Shamit, Abu Dzar, Malik bin Sha’sha’ah, Abu
Hurairah, Fatimah, dan shahabat-shahabat lainnya Radhiyalahu ‘anhum.
Penguasaannya
akan ilmu membuat Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu mampu mendidik banyak murid
yang kemudian menjadi orang-orang yang berperan penting dalam perjuangan Islam.
Mereka antara lain, Hasan, Ibnu Sirin, asy-Sya’bi, Abu Kilabah, Makhul, Umar
bin Abdul Aziz, Tsabit al-Banani, Bakar bin Abdillah al-Mazani, az-Zuhri,
Qatadah, Ibnu al-Munkadir, Ishak bin Abdillah bin Abi Thalhah, Abdul Aziz bin
Syu’aib, Syu’aib bin al-Habhab, Amru bin Amir al-Kufi, Sulaiman at-Taimi, Hamid
at-Thawil, Yahya bin Sa’id al-Anshari, Katsir bin Salim, Isa bin Thahman dan
Umar bin Syakir.
Selain
bergelut di dunia keilmuan, Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu juga mengabdikan
diri di kemiliteran, bahkan sejak usianya masih belia. Saat pecahnya Perang
Badar dirinya baru beranjak remaja. Sebagai pembantu Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam, lelaki yang beliau gelari Abu Hamzah ini turun ke medan jihad
mendampingi Sang Nabi.
Selama
hidup, tercatat sebanyak delapan kali ia terjun ke medan jihad. Ia juga salah
seorang yang berbai’at dalam peristiwa Bai’aturridwan.
Satu
keistimewaan yang dimiliki Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu adalah, ia memperoleh
doa khusus dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Waktu itu, selain
memohon agar Nabi menerima Anas sebagai pembantu, ibunya juga minta kepada
beliau untuk mendoakan putra yang sangat disayanginya. Dan beliau pun berdoa,
“Ya
Allah, perbanyaklah anak dan hartanya, serta masukkanlah ia ke dalam surga.”
(Dalam riwayat lain, “Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya, panjangkanlah
umurnya dan ampunilah dosanya.”).
Benarlah
Allah subhanahu wa ta’ala mengabulkan doa utusanNya. Di samping kedalaman dan
keluasan ilmu, Anas bin Malik juga dikaruniai harta yang sangat melimpah dan
keturunan yang sangat banyak. Tanaman kurma dan anggurnya berbuah dua kali
dalam setahun. Semasa dirinya masih hidup, anak turunnya sebanyak seratus
orang (dalam riwayat lain seratus enam orang). Dan menurut riwayat dari salah
seorang anak perempuannya, Aminah Radhiyallahu ‘anha, anak-anaknya yang
meninggal saja mencapai 120 anak, belum cucu-cucunya. Itu semasa Hajjaj
berkuasa di Basrah.
Di
usia senjanya, Anas bin malik Radhiyallahu ‘anhu mengalami sakit. Saat itu
ditawarkan kepadanya untuk didatangkan seorang tabib. Namun ia menolak dengan
berucap, ”Seorang tabib hanya akan menyakitiku.” Ia memohon agar ditalqinkan
saja. Kalimat thayyibah menjadi bacaan yang diulang-ulangnya
di saat-saat terakhir, sampai berpisahnya ruh dengan jasadnya. Saat itu di
dekatnya ada tongkat kecil yang dulu pernah dimiliki Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam. Tongkat itu kemudian dikuburkan bersamanya. Dahulu di saat
Sang Nabi masih hidup, ia pernah memohon syafaat kepada beliau, dan beliau
menjanjikan akan diberikannya di hari kiamat kelak.
Sejarawan
berbeda pendapat tentang tahun wafat Anas bin Malik. Ada yang berkata
pada 90 H, 91 H, 92 H, dan 93 H. Pendapat terakhirlah yang paling masyhur
menurut jumhur ulama. Imam Ahmad Rahimahullah berkata, “Anas bin Malik dan
Jabir bin Zaid wafat bersamaan pada hari Jum’at, tahun 93 Hijriyah. Wallahu
a’lam. [IB]
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar