Media Penjernih Pemikiran Umat

Sabtu, 05 Januari 2019

Anas bin Malik Khodim Rasulullah yang Kaya Ilmu, Harta dan Keturunan



Anas bin Malik
Khodim Rasulullah yang Kaya Ilmu, Harta dan Keturunan

BIOGRAFI
Anas bin Malik bin Nadar al-Khazraj (Arab:العربية) - lahir: 612-wafat:709/712) – adalah sahabat Nabi Muhammad SAW. Anas bin Malik berasal dari Bani an-Najjar dan merupakan anak dari Ummu Sulaim. Sejak kecil Dia melayani keperluan Nabi Muhammad SAW, sehingga selalu bersama Rasulullah. Dengan selalu bersama Rasulullah, Dia menghafal banyak hadist. Setelah wafatnya Nabi Muhammad, Anas bin Malik pergi dan menetap di Damaskus dan kemudian ke Basrah. Ia mengikuti sejumlah pertempuran dalam membela Islam. Ia dikenal sebagai sahabat Nabi Muhammad SAW yang berumur paling panjang.
Anas bin Malik adalah sahabat yang terakhir meninggal di Basrah dan sahabat yang terakhir meninggal adalah Amir At'tufairi. Anas bin Malik berkhidmat dengan nabi semasa dia masih kecil, dia berkhidmat dengan nabi selama 10 tahun. Nabi juga selalu mendampingi Anas bin Malik untuk memberi tunjuk ajar pada Anas, ketika hendak memulakan makan, nabi perintahkan Anas supaya membaca doa dan ambil makanan yang berada di hadapan dahulu. Begitu sikap nabi mengajar Anas bin Malik. Hebatnya para sahabat dahulu kala.
 
MENJADI PELAYAN RASULULLAH
Belum sehari Rasulullah menetap di kota Madinah, Humaisha’ binti Milhan ibunda Anas bin Malik bersama putra tercinta yang masih kecil yang berjalan didepannya dengan meloncat-meloncat kegirangan, dan kuncirnya bergoyang kekanan dan kekiri, kemudian ibunda Anas mengucapkan salam kepada Sang Nabi dan berkata : “Ya Rasulullah, tidak ada laki-laki atau perempuan dari golongan Anshor kecuali telah memberimu hadiah, akan tetapi aku tidak menemukan sesuatu yang bisa kuhadiahkan kepadamu kecuali putraku ini, maka ambillah ia, jadikanlah ia pembantumu”. Maka nabi pun senang, dan menerima Anas dengan wajah yang berseri-seri. Kemudian Rasulullah mengusap kepala Anas bin Malik dengan tangannya yang mulia dan memegang kuncirnya dengan jari-jarinya yang lembut. Dan membawa Anas kekeluarga Rasulullah SAW.
Anas bin Malik atau Unais (panggilan Rasulullah kepada Anas). Dalam usianya yang ke sepuluh adalah hari-hari yang sangat membahagiakannya, ketika menjadi pembantu Nabi Muhammad SAW, dan dia hidup di dalam pendidikan dan penjagaan Nabi Muhammad SAW, sampai beliau meninggal, dan masa-masa itu berlangsung selama sepuluh tahun tepat, jiwanya pun penuh dengan hidayah, hatinya penuh dengan hadits –hadits Nabi sehingga ia menjadi orang yang lebih tahu tentang keadaan Nabi, rahasia, sifat-sifat Nabi SAW, yang tidak diketahui orang lain kecuali dirinya.
KENANGAN MANIS BERSAMA RASULULLAH
Anas bin Malik telah melihat dari pergaulan Nabi yang sangat mulia yang tidak bisa didapatkan dari seorang pun. Dan merasakan indahnya perangai Nabi, dan agungnya sifat-sifat Nabi. Yang membuat iri semua orang didunia, maka aku kisahkan tentang Anas bin Malik sebuah hadits yang sangat jelas. Anas bin Malik berkata : “Rasulullah SAW adalah orang yang paling bagus akhlaqnya, yang paling lapang dadanya, dan yang paling dermawan. Maka suatu hari Beliau mengutusku untuk suatu keperluan, kemudian aku keluar dan aku menuju anak-anak kecil yang sedang main di pasar untuk bermain bersama mereka dan akupun keluar tidak untuk menunaikan hajatnya Rasulullah SAW, maka ketika aku sedang bermain bersama mereka tiba-tiba ada seseorang yang berdiri di belakangku dan memegang bajuku, kemudian aku memalingkan wajahku untuk melihatnya. Seketika aku dapati Rasulullah tersenyum manis kepadaku dan berkata: “Wahai Unais apakah engkau sudah mengerjakan suatu keperluan yang telah aku perintahkan kepadamu?” Maka aku pun berlari dan berkata : “Ya, aku akan kerjakan sekarang wahai Rasulullah”. Demi Allah sungguh aku telah menjadi pembantu Rasulullah selama sepuluh tahun dan Beliau pun tidak pernah mengatakan untuk sesuatu yang aku kerjakan : “Mengapa Engkau kerjakan!” dan untuk yang aku tinggalkan : “Mengapa Engkau tinggalkan?”
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, Anas bin Malik hidup selama 80 tahun lebih , hatinya pun penuh dengan ilmu dari ilmunya Rasulullah SAW, dan akalnya pun begitu tajam, untuk memahami Syariat-syariat Islam. Hatinya pun hidup dengan hidayah Rasulullah SAW. Dan Anas dalam umurnya yang sangat panjang ini Beliau adalah tempat kembalinya orang-orang muslimin, ketika mereka mendapatkan suatu masalah-masalah yang rumit dan merekapun memegang ucapan-ucapan yang keluar dari Anas bin Malik diantaranya adalah bahwa sebagian orang yang ragu dalam syariat agama, mereka menanyakan tetang keberadaan telaga Rasulullah SAW besok pada hari Qiyamat. Kemudian mereka mendatangi Anas bin Malik dan menanyakan hal tersebut kepadanya, maka Anas bin Malik menjawab : “ Aku tidak menyangka dalam hidupku yang panjang ini akan menemui orang-orang yang seperti kalian yang meragukan telaganya Rasulullah SAW, maka ketahuilah akan datang orang yang lemah agamanya setelahku, dan mereka tidak melaksanakan shalat akan tetapi mereka meminta kepada Allah agar bisa minum dari telaganya Rasulullah SAW.
Sungguh beruntung Anas bin Malik atas karunia Allah yang diberikan kepadanya, karena ia bisa mendampingi Rasulullah selama 10 tahun penuh, dan dia adalah 3 diantar periwayat hadits terbanyak setelah Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar. Semoga Allah memberikan pahala kepadanya dan kepada ibunya dengan sebaik-baiknya pahala.

ANAS BIN MALIK, PEMBANTU RASULULLAH YANG KAYA ILMU, HARTA DAN KETURUNAN


Anas bin Malik benar-benar seorang pembelajar. Selain kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, ia juga menimba banyak ilmu kepada Abu Bakar, Umar, Utsman, Mu’adz, Usaid Al-Hudair, Abi Thalhah, ibunya sendiri Ummu Sulaim, bibinya Ummu Haram, pamannya Ubadah bin Shamit, Abu Dzar, Malik bin Sha’sha’ah, Abu Hurairah, Fatimah, dan shahabat-shahabat lainnya Radhiyalahu ‘anhum.
Penguasaannya akan ilmu membuat Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu mampu mendidik banyak murid yang kemudian menjadi orang-orang yang berperan penting dalam perjuangan Islam. Mereka antara lain, Hasan, Ibnu Sirin, asy-Sya’bi, Abu Kilabah, Makhul, Umar bin Abdul Aziz, Tsabit al-Banani, Bakar bin Abdillah al-Mazani, az-Zuhri, Qatadah, Ibnu al-Munkadir, Ishak bin Abdillah bin Abi Thalhah, Abdul Aziz bin Syu’aib, Syu’aib bin al-Habhab, Amru bin Amir al-Kufi, Sulaiman at-Taimi, Hamid at-Thawil, Yahya bin Sa’id al-Anshari, Katsir bin Salim, Isa bin Thahman dan Umar bin Syakir.
Selain bergelut di dunia keilmuan, Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu juga mengabdikan diri di kemiliteran, bahkan sejak usianya masih belia. Saat pecahnya Perang Badar dirinya baru beranjak remaja. Sebagai pembantu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, lelaki yang beliau gelari Abu Hamzah ini turun ke medan jihad mendampingi Sang Nabi.
Selama hidup, tercatat sebanyak delapan kali ia terjun ke medan jihad. Ia juga salah seorang yang berbai’at dalam peristiwa Bai’aturridwan.
Satu keistimewaan yang dimiliki Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu adalah, ia memperoleh doa khusus dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Waktu itu, selain memohon agar Nabi menerima Anas sebagai pembantu, ibunya juga minta kepada beliau untuk mendoakan putra yang sangat disayanginya. Dan beliau pun berdoa,
“Ya Allah, perbanyaklah anak dan hartanya, serta masukkanlah ia ke dalam surga.” (Dalam riwayat lain, “Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya, panjangkanlah umurnya dan ampunilah dosanya.”).
Benarlah Allah subhanahu wa ta’ala mengabulkan doa utusanNya. Di samping kedalaman dan keluasan ilmu, Anas bin Malik juga dikaruniai harta yang sangat melimpah dan keturunan yang sangat banyak. Tanaman kurma dan anggurnya berbuah dua kali dalam setahun. Semasa dirinya masih hidup,  anak turunnya sebanyak seratus orang (dalam riwayat lain seratus enam orang). Dan menurut riwayat dari salah seorang anak perempuannya, Aminah Radhiyallahu ‘anha, anak-anaknya yang meninggal saja mencapai 120 anak, belum cucu-cucunya. Itu semasa Hajjaj berkuasa di Basrah.
Di usia senjanya, Anas bin malik Radhiyallahu ‘anhu mengalami sakit. Saat itu ditawarkan kepadanya untuk didatangkan seorang tabib. Namun ia menolak dengan berucap, ”Seorang tabib hanya akan menyakitiku.” Ia memohon agar ditalqinkan saja. Kalimat thayyibah menjadi bacaan yang diulang-ulangnya di saat-saat terakhir, sampai berpisahnya ruh dengan jasadnya. Saat itu di dekatnya ada tongkat kecil yang dulu pernah dimiliki Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Tongkat itu kemudian dikuburkan bersamanya. Dahulu di saat Sang Nabi masih hidup, ia pernah memohon syafaat kepada beliau, dan beliau menjanjikan akan diberikannya di hari kiamat kelak.
Sejarawan berbeda pendapat tentang  tahun wafat Anas bin Malik. Ada yang berkata pada 90 H, 91 H, 92 H, dan 93 H. Pendapat terakhirlah yang paling masyhur menurut jumhur ulama. Imam Ahmad Rahimahullah berkata, “Anas bin Malik dan Jabir bin Zaid wafat bersamaan pada hari Jum’at, tahun 93 Hijriyah. Wallahu a’lam. [IB]
Sumber :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar