Momen Pergantian
Tahun, Bagaimana Sikap Seorang Muslim?
Momen pergantian tahun baru masehi yang biasa
dirayaakan setiap tanggal 1 Januari. Perayaan ini biasaya disambut dengan pawai atau jalan-jalan keliling kota, meniup terompet, membunyikan klakson,
kembang api dan lain-lain saat detik-detik terakhir pergantian tahun baru
masehi. Seakan momen tahun baru merupakan momen istimewa yang tak boleh
terlewatkan. Lalu, bagaimana pandangan menurut kaca mata syar’i dalam hal ini ?
Benarkah tahun baru harus kita sambut dengan special ?
Sebagai
umat Islam tentunya kita harus konsekwen terhadap keyakinan/akidah yang kita
anut, karena sesungguhnya merayakan momen tahun baru ini bukanlah budaya Islam,
jadi janganlah sekali-kali terpengaruh dan mengadopsinya menjadi bagian dari
budaya kaum muslimin.
“Sebagian besar ahli kitab
menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu
beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata
bagi mereka kebenaran.” (QS.
Al-Baqarah : 109)
Coba
perhatikan ayat tersebut! Sesungguhnya momen tahun baru itu salah satu tipu
muslihat orang-orang musyirikin untuk menyesatkan kaum muslimin dari jalan
kebenaran, jalan yang penuh dengan cahaya rahmat dan karunia-Nya. Karena
sejatinya, kaum musyirikin itu mengetahui kalau agama Islam itu agama yang
rahmatan lil ‘alamin, sehingga hati mereka menjadi dengki, dan mereka berusaha
mengembalikan keyakinan kaum muslimin kepada kekafiran agar jauh dari cahaya
Allah.
“Hai orang-orang yang beriman jika kamu mentaati orang-orang kafir itu, niscaya mereka akan mengembalikanmu kebelakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang merugi.”(QS.Ali Imron : 149)
Apakah kita mau menjadi orang-orang yang merugi? Tentunya, tak ada seorangpun di antara kita yang ingin menjadi orang yang merugi dan amal ibadahnya tertolak oleh Allah SwT. Kalau demikian mari kita bersama-sama bersiaga dalam menghalau datangnya budaya kaum musyirikin yang mereka proklamirkan lewat liberalisme, modernitas dan premisivisme budaya
Sikap
Seorang Muslim Dalam Menghadapi Momen Pergantian Tahun Baru Masehi (1
Januari-New Year)
Pada momentum tahun baru hendaknya kita isi dengan dzikir dan takhmid
kepada Allah, karena ini jauh lebih baik ketimbang merayakannya dengan berpesta
pora. Melakukan taffakur panjang sangat dianjurkan sebagai bahan renungan dan
cermin terhadap eksistensi kita dalam menjalankan dan menegakan syariat Islam
selama setahun.
Mencoba mengingat balik amalan ibadah yang
telah kita lakukan selama ini, sudah baikkah kuantitas dan kualitas ibadah
kita? Berapa umur kita sekarang? Masihkah kita bisa menikmati kehidupan
untuk satu tahun yang akan datang? Karena setiap waktu bergulir, maka jatah
hidup kita pun berkurang.
Hidup di dunia hanya selayang pandang,
ia begitu singkat, sesingkat kilat. Sehingga kita harus memanfaatkan waktu yang
ada dengan seefisien mungkin untuk beribadah, karena itulah hakekat hidup
manusia di dunia. Untuk melakukan amal sholeh dan beribadah kepada Allah SwT.
Bahkan Rasulullah pun bersabda terkait dengan umur manusia, “Umur umatku antara 60 sampai
70 tahun.” (HR
Tirmidzi)
Jadi,
mari kita bersama-sama memanfaatkan waktu yang tersisa dan meningkatkan
kuantitas dan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT. Menjadikan momentum tahun
baru untuk mengingat mati.
Barang kali dapat
direnungkan….. bekal apa yang sudah kita persiapkan untuk kehidupan di akhirat
nanti. Apakah kita akan dimasukkan ke ke dalam golongan yang menempati
Surga-Nya, sudah cukup kah bekal kita ?
Sumber :
https://britabrita.com/nasional/pergantian-tahun-baru-masehi-dalam-pandangan-islam/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar