Media Penjernih Pemikiran Umat

Sabtu, 08 September 2018

HUKUM WANITA HAID MEMBACA AL-QUR'AN



Assalaamu’alaykum Warahmatullaahi Wabarakaatuh..
Apa kabar sahabat #MuslimahBlog?
Semoga selalu sehat dan dalam perlindungan Allah Subhanahu Wata’ala, Aamiin Allahumma Aamiin.

Kali ini, kita akan membahas mengenai seputar fiqih Edisi 1 yaitu Hukum Wanita Haid Membaca Al-Qur’an. Penasaran kan? Baca sampai selesai yaa..

            Para ulama berbeda pendapat tentang apakah wanita yang haid boleh membaca Al-Qur’an atau tidak. Dan pendapat yang paling kuat –wallahu a’lam- yaitu diperbolehkan bagi wanita yang sedang haid untuk membaca Al-Qur’an karena tidak ada dalil yang shahih yang melarang perihal ini.
            Bahkan dalil menunjukkan bahwa wanita yang haid boleh membaca Al-Qur’an, diantaranya sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha yang akan melakukan ibadah haji akan tetapi sedang dalam keadaan haid :

ثم حجي واصنعي ما يصنع الحاج غير أن لا تطوفي بالبيت ولا تصلي

            “Kemudian berhajilah, dan lakukan apa yang dilakukan oleh orang yang berhaji kecuali thawaf dan shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Jabir bin Abdillah)

            Berkata Syaikh Al-Albany mengenai hadits tersebut :

فيه دليل على جواز قراءة الحائض للقرآن لأنها بلا ريب من أفضل أعمال الحج وقد أباح لها أعمال الحاج كلها سوى الطواف والصلاة ولو كان يحرم عليها التلاوة أيضا لبين لها كما بين لها حكم الصلاة بل التلاوة أولى بالبيان لأنه لا نص على تحريمها عليها ولا إجماع بخلاف الصلاة فإذا نهاها عنها وسكت عن التلاوة دل ذلك على جوازها لها لأنه تأخير البيان عن وقت الحاجة لا يجوز كما هو مقرر في علم الأصول وهذا بين لا يخفى والحمد لله
            “Hadits ini menunjukkan bolehnya wanita yang haid membaca Al-Qur’an, karena membaca Al-Qur’an termasuk amalan yang paling utama dalam ibadah haji, dan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah membolehkan bagi Aisyah semua amalan kecuali thawaf dan shalat, dan seandainya haram baginya membaca Al-Qur’an tentunya akan beliau terangkan sebagaimana beliau menerangkan hukum shalat (ketika haid), bahkan hukum membaca Al-Qur’an (ketika haid) lebih berhak untuk diterangkan karena tidak adanya nash dan ijma’ yang mengharamkan, berbeda dengan hukum shalat (ketika haid) dan tidak berbicara tentang hukum membaca Al-Qur’an (ketika haid) ini menunjukkan bahwa membaca Al-Qur’an ketika haid diperbolehkan, sebagaimana hal ini ditetapkan dalam ilmu ushul fiqih, dan ini jelas tidak samar lagi, walhamdulillah.” (Hajjatun Nabi Hal. 69)

            Tetapi jika orang yang berhadats kecil dan wanita haid ingin membaca Al-Qur’an maka dalam hal ini dilarang untuk menyentuh mushaf atau bagian dari mushaf, dan ini adalah pendapat empat madzhab, Hanafiyyah (Al-Mabsuth 3/152), Malikiyyah (Mukhtashar Al-Khalil Hal. 17-18), Syafi’iyyah (Al-Majmu’ 2/67), Hanabilah (Al-Mughny 1/137). Mereka berdalil dengan firman Allah Ta’ala sebagai berikut :

لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُون (الواقعة: 79)َ

“Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang suci.” (QS. Al-Waqi’ah : 79)

            Sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan mushaf yang dilarang untuk menyentuhnya adalah termasuk kulit ataupun sampulnya karena dia masih menempel. Adapun memegang mushaf dengan sesuatu yang tidak menempel dengan mushaf (seperti kaos tangan atau yang sejenisnya) maka diperbolehkan.
Berkata Syaikh Bin Baz :

يجوز للحائض والنفساء قراءة القرآن في أصح قولي العلماء ؛ لعدم ثبوت ما يدل على النهي عن ذلك بدون مس المصحف، ولهما أن يمسكاه بحائل كثوب طاهر ونحوه، وهكذا الورقة التي كتب فيها القرآن عند الحاجة إلى ذلك

            “Boleh bagi wanita haid dan nifas untuk membaca Al-Qur’an menurut pendapat yang lebih shahih dari dua pendapat ulama, karena tidak ada dalil yang melarang, namun tidak boleh menyentuh mushaf, dan boleh memegangnya dengan penghalang seperti kain yang bersih atau selainnya, dan boleh juga memegang kertas yang ada tulisan Al-Qur’an (dengan menggunakan penghalang) ketika diperlukan.” (Fatwa Syaikh Bin Baz 24/344)

            Namun sudah jelas yang lebih utama adalah membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci, dan boleh membacanya dalam keadaan tidak suci karena hadats kecil. Dan ini adalah kesepakatan para ulama.
            Berkata Imam An-Nawawy :

أجمع المسلمون على جواز قراءة القرآن للمحدث الحدث الاصغر والأفضل أن يتوضأ لها


            “Kaum muslimin telah bersepakat atas bolehnya membaca Al-Qur’an untuk orang yang tidak suci karena hadats kecil, dan yang lebih utama hendaknya dia berwudhu.” (Al-Majmu’, An-Nawawy 2/163)

            Diantara dalil yang menunjukkan bolehnya membaca Al-Qur’an tanpa berwudhu adalah hadits Ibnu Abbas ketika beliau bermalam dirumah bibinya Maimunan radhiyallahu ‘anha (istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), beliau berkata :

فنام رسول الله صلى الله عليه و سلم حتى إذا انتصف الليل أو قبله بقليل أو بعده بقليل استيقظ رسول الله صلى الله عليه
 و سلم فجلس يمسح النوم عن وجهه بيده ثم قرأ العشر الخواتم من سورة آل عمران

            “Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur sampai ketika tiba tengah malam, atau sebelumnya atau sesudahnya, beliau bangun kemudian duduk dan mengusap muka dengan tangan beliau supaya tidak mengantuk, kemudian membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Ali Imran.” (HR. Bukhari)

            Di dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Al-Qur’an setelah bangun tidur, sebelum beliau berwudhu. Imam Bukhari telah meletakkan hadits ini di beberapa bab di dalam kitab beliau (Shahih Al-Bukhari) diantaranya di bawah bab :

باب قراءة القرآن بعد الحدث وغيره
“Bab Membaca Al-Qur’an Setelah Hadats dan Selainnya.”

Wallahu’alam Bish-shawab.

Ditulis oleh : Ust. Abdullah Roy, Lc.

Nah, itulah tadi pembahasan tentang Hukum Wanita Haid Membaca Al-Qur’an. Semoga bermanfaat yaa.
Jangan lupa untuk Subscribe dan nantikan terus postingan kami selanjutnya J

REFERENSI :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar