Media Penjernih Pemikiran Umat

Sabtu, 15 September 2018

AISYAH BINTI ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ, BADAI PASTI BERLALU




Assalaamu’alaykum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Alhamdulillah, Muslimah LKI Al-Ikhlas Poliban kembali hadir di #MuslimahBlog.
Di #MuslimahBlog kali ini kami akan membagikan sebuah kisah inspiratif dari Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq. Yuk, baca sampai selesai yaa..

            Keluarga bahagia bukan berarti tanpa problem atau masalah, tetapi keluarga yang mampu menangani problem dengan arif dan bijaksana serta tidak tergesa-gesa.
            Dalam perjalanan pulang setelah perang Bani Musthaliq, Rasulullah ﷺ dan pasukannya beristirahat di sebuah tempat. Saat itu Aisyah ra yang ikut serta dalam perjalanan tersebut keluar untuk buang hajat. Ketika akan kembali, kalung yang dia pinjam dari saudaranya ternyata terjatuh. Akhirnya dia kembali ke tempat semula untuk mencarinya.
            Pada saat itu, rombongan kaum muslimin berangkat meneruskan perjalanan pulang ke Madinah. Orang-orang mengangkat haudaj (tandu tertutup yang diletakkan di atas unta, biasa digunakan sebagai tempat kaum wanita dalam perjalanan pada masa lalu) Aisyah tidak menyangka bahwa dia tidak ada didalamnya, karena yang mengangkatnya banyak, sehingga ringannya haudaj itu tidak terasa oleh mereka, disamping Aisyah masih muda dan tubuhnya kurus.
            Maka ketika Aisyah kembali setelah menemukan kalung tersebut, didapatinya tempat semula telah kosong tidak ada seorang pun. Akhirnya dia duduk dibawah sebuah pohon, dengan harapan mereka akan kembali apabila menyadari bahwa dia tertinggal. Saat menunggu itulah dia tertidur.
            Pada saat itulah datang seorang sahabat bernama Shafwan bin Mu’aththal yang tertinggal dari rombongan kaum muslimin. Dia sangat terkejut ketika didapatinya Aisyah; istri Rasulullah ﷺ seorang diri, dia langsung berkata :
            “Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un, istri Rasulullah!?”.
            Aisyah terbangun. Kemudian tanpa keduanya berkata sepatah pun, Shafwan menundukkan hewan tunggangannya untuk dikendarai Aisyah, lalu dituntunnya hewan yang ditunggangi Aisyah tersebut hingga tiba di Madinah di siang hari.
            Kejadian tersebut segera menjadi buah bibir penduduk Madinah dengan berbagai macam komentar. Hal itu dimanfaatkan oleh tokoh Munafiq dengan menyebarkan berita-berita dusta bahwa Aisyah ra telah melakukan “selingkuh”. Akhirnya tersebarlah berita dusta tersebut di seantero Madinah, bahkan ada sejumlah kaum muslimin yang juga termakan oleh fitnah tersebut.
            Mengetahui hal tersebut, Rasulullah ﷺ diam tak berbicara. Beliau segera mengumpulkan sahabatnya dan minta pendapat mereka. Ali bin Abi Thalib secara kiasan menyarankan agar Rasulullah ﷺ menceraikan Aisyah ra, sementara Usamah dan lainnya justri mengusulkan agar Rasulullah ﷺ mempertahankannya dan jangan terpengaruh fitnah dari musuh.
            Adapun Aisyah, dia menderita sakit selama sebulan sejak kepulangannya sehingga tidak mengetahui berita-berita yang telah tersebar ditengah masyarakat, hanya saja dia tidak merasakan kelembutan Rasulullah ﷺ yang dahulu sering dia rasakan manakala menderita sakit, hingga kemudian Ummu Misthah memberitakan hal yang sebenarnya. Seketika itu juga Aisyah mendatangi Rasulullah ﷺ dan mohon izin untuk pulang kerumah kedua orang tuanya. Aisyah tak kuasa menahan tangisnya, dua malam dia terus menangis dan matanya tidak bisa terpejam.
            Namun akhirnya badai itu pun berlalu, karena kemudian, Rasulullah ﷺ mendapatkan wahyu dari Allah Ta’ala yang menyatakan bahwa Aisyah ra bebas dari tuduhan tersebut.
            “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu mengira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakan. Dan siapa diantara mereka yang mengambil bagian terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.” (QS. An-Nur: 11)
            Betapa gembiranya Rasulullah ﷺ mendapatkan wahyu tersebut, beliau pun segera mengabarkannya kepada Aisyah.
            Kisah ini dalam sejarah dikenal dengan istilah: Haditsul-Ifki (Berita dusta).

SUMBER : Buku “Kisah Wanita-wanita Teladan”

Itulah tadi sepenggal kisah dari Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq bagaimana saat beliau menghadapi fitnah dari orang-orang munafik. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dibalik kisah ini.
Semoga bermanfaat, sampai bertemu di #MuslimahBlog yang selanjutnya 😊

3 komentar: