Media Penjernih Pemikiran Umat

Sabtu, 22 Desember 2018

Mengenal Lebih Dekat Ali Bin Abi Thalib


Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh

Apa kabar sahabat #MuslimahBlog?
Semoga selalu sehat dan dalam perlindungan Allah Subhanahu Wata’ala. Aamiin Allahumma Aamiin.

#MuslimahBlog edisi 5 kali ini dengan tema “Mengenal Lebih Dekat Ali Bin Abi Thalib” akan membahas salah satu sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu Ali Bin Abi Thalib.

Biografi Ali  bin Abi Thalib
Alī bin Abī Thālib  (lahir sekitar 13 Rajab 23 SH/599 Masehi – wafat 21 Ramadan 40 Hijriah/661 Masehi), adalah termasuk golongan pemeluk Islam pertama dan salah satu sahabat utama Nabi. Sebagai salah satu pemeluk Islam awal, Sosok Ali bin Abi Thalib telah terlibat dalam berbagai peran besar sejak masa kenabian, meski usianya terbilang muda bila dibandingkan sahabat utama Nabi yang lain. Sosok Ali mengikuti semua perang, kecuali Perang Tabuk, pengusung panji, juga berperan sebagai sekretaris dan pembawa pesan Nabi. Sosok Ali juga ditunjuk sebagai pemimpin pasukan pada Perang KhaibarSepeninggal Nabi Muhammad, Sosok Ali bin Abi Thalib diangkat sebagai khalifah atau pemimpin umat Islam setelah Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan (wikepedia.org).
Nasab Ali bin Abi Thalib radlhiallaahu ’anhu
Beliau adalah Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah. Rasulullah memberinya kun-yah Abu Turab saat beliau dicari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  dan didapatkan sedang tertidur dengan menempelkan pipinya di tanah. Ia adalah sepupu sekaligus menantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamIbunya bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Qushay bin Kilab. Ali memiliki beberapa orang saudara laki-laki yang lebih tua darinya, mereka adalah: Thalib, Aqil, dan Ja’far. Dan dua orang saudara perempuan; Ummu Hani’ dan Jumanah. Ayahnya ialah Abu Thalib yang nama aslinya adalah Abdu Manaf. Abu Thalib adalah paman kandung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat menyayangi Nabi, namun ia wafat dalam agama jahiliyah. (Al Bidayah Wan Nihayah, 7/222)
Sifat Fisiknya
Ali bin Abi Thalib adalah laki-laki berkulit sawo matang, bola mata beliau besar dan agak kemerah-merahan. Untuk ukuran orang Arab, beliau termasuk pendek, tidak tinggi dan berjanggut lebat. Dada dan kedua pundaknya putih. Rambut di dada dan pundaknya cukup lebat, berwajah tampan, memiliki gigi yang rapi, dan ringan langkahnya (Al Bidayah Wan Nihayah, 7/222)
Istri-Istri dan Anak-Anaknya
Istri pertama yang dinikahi Ali radlhiallaahu ’anhu adalah Fatimah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang darinya memperoleh dua putra al-Hasan dan al-Husain. Ada yang mengatakan putra ketiga beliau bernama Muhasin namun meninggal dunia saat masih bayi. Beliau juga mempunyai dua orang putri yaitu Zainab al-Kubra dan Ummu Kaltsum al-Kubra yang dinikahi oleh Umar bin Khaththab radlhiallaahu’anhu. Setelah Fatimah wafat, Ali menikahi beberapa wanita, diantara istri beliau ada yang wafat ketika beliau masih hidup, ada yang beliau ceraikan, dan ketika wafat beliau meninggalkan empat istri. Diantara istri beliau adalah Ummul Banin binti Hizam, Laila binti Mas’ud, Asma’ binti ‘Umais, Ummu Habib binti Rabi’ah, Ummu Sa’id, binti Urwah bin Mas’ud, Binti Umru’ul Qais bin Ady, Umamah binti Abil Ash, Khaulah binti Ja’far bin Qais. (Al Bidayah Wan Nihayah, 7/331). Jumlah keseluruhan anak kandung beliau adalah empat belas putera dan sembilan belas puteri. (At-Thabari dalam Tarikhnya 5/155, Ibnu Sa’ad 3/20)
Keutamaan Ali bin Abi Thalib
1. Termasuk Sahabat Yang Dijamin Masuk Surga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, az-Zubair di surga, Sa’ad (bin Abi Waqqash) di surga, Sa’id (bin Zaid) di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Abu Ubaidah bin al-Jarrah di surga.” (HR. at-Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Albani).
2. Dicintai Allah dan Rasul-Nya
Pada Perang Khaibar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak memberi bendera perang kepada salah seorang sahabatnya. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’adi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, akan aku serahkan bendera ini esok hari kepada orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan dia dicintai Allah dan Rasul-Nya. Semoga Allah memberikan kemenangan melalui dirinya.” Maka semalam suntuk orang-orang (para sahabat) membicarakan tentang siapakah di antara  mereka yang akan diberikan bendera tersebut. Keesokan harinya, para sahabat mendatangi Rasulullah, lalu beliau bersabda, “Dimanakah Ali bin Abi Thalib?” Dijawab, “Kedua matanya sedang sakit.” Rasulullah memerintahkan, “Panggil dan bawa dia kemari.” Dibawalah Ali ke hadapan Rasulullah, lalu beliau meludahi kedua matanya yang sakit seraya berdoa untuknya. Seketika Ali sembuh total seolah-olah tidak tertimpa sakit sebelumnya. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerahkan bendera kepadanya. Lalu Ali berkata, “Wahai Rasulullah, aku memerangi mereka sampai mereka menjadi seperti kita.” Rasululah bersabda, “Majulah dengan tenang, sampai engkau tiba di tempat mereka. Kemudian ajaklah mereka kepada Islam dan sampaikanlah hak-hak Allah yang wajib mereka tunaikan. Demi Allah, sekiranya Allah memberi petunjuk kepada seseorang melalui dirimu, sungguh itu lebih berharga bagimu daripada memiliki onta-onta merah.” (HR. Muslim).
3. Seperti Kedudukan Harun Di Sisi Musa
Ibrahim bin Saad bin Abi Waqqash meriwayatkan dari ayahnya, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda kepada Ali, “Apakah engkau tidak ridha kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa.” (Muttafaq ‘alaihi).
Ali berkata, “Wahai Rasulullah, orang-orang munafik mengatakan bahwa engkau menugaskan aku karena engkau memandang aku berat untuk berangkat jihad dan kemudian memberikan keringanan”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mereka telah berdusta! Kembalilah, aku menugaskanmu untuk mengurus keluargaku dan keluargamu. ‘Tidakkah engkau rela mendapatkan kedudukan di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi setelahku?”. Maka Ali pun akhirnya kembali ke Madinah (Taariikhul-Islaam, 1: 232).
4. Ayah Dari Pemimpin Pemuda Surga
Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu adalah ayah dari dua orang cucu kesayangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yakni Hasan dan Husein. Kedua cucu beliau ini adalah pemimpin para pemuda di surga. Rasulullah bersabda, “al-Hasan dan al-Husain adalah pemimpin pemuda ahli Surga.” (HR. at-Tirmidzi, shahih)
Ali Sebagai Sosok Pemberani
Ali sangat fasih dan pemberani. Ia adalah sosok seseorang yang pemberani, dermawan, pemaaf, lembut dalam berbicara, dan halus perasaannya. Akan tetapi berbeda jika sudah berada di medan perang, Ali berjalan dengan cepat tanpa banyak menoleh. Merobohkan musuh dengan mudah, seperti mengangkat anak kecil. Jika Ali dipanggil musuh untuk berperang, maka tanpa gentar ia akan maju. Keberanian Ali bin Abi Thalib ini telah menjadi sebuah lambang dari para kesatria di zamannya. Dalam melawan kaum kafir, Rasulullah sering kali menyerahkan panji pasukan kepada Ali. Dalam peristiwa hijrah ke Madinah, Ali menggantikan posisi Rasulullah untuk tidur di ranjang yang waktu itu terancam tebasan pedang. Tetapi berkat rahmat Allah, Ali dapat meloloskan diri.
Dalam Perang Khaibar, disaat para sahabat tidak mampu membuka benteng khaibar, Rasulullah lalu bersabda, “Besok akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri. Dia akan menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya.”
Keberanian seorang Ali memang terbukti di mata para sahabat yang lain. Betapa tidak, dalam usia yang masih terhitung belia, Ali menantang seorang Amru bin Wad. Amru bin Wad adalah sosok seorang kesatria Jazirah Arab dan digambarkan dengan kekuatan sebanding seribu orang. Peristiwa ini terjadi ketika masa Perang Khandaq.

Nasehat Ali bin Abi Thalib radlhiallaahu ’anhu
Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu  berkata, Seandainya agama dengan logika, maka tentu bagian bawah khuf (sepatu) lebih pantas untuk diusap daripada atasnya. Sungguh aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap bagian atas khufnya (sepatunya). (HR. Abu Daud, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani). Ali bin Abi Thalib memberikan nasihat kepada kita bahwa agama Islam tidak dipahami hanya dengan logika atau akal semata. Akan tetapi sikap seorang muslim adalah tunduk dan patuh terhadap seluruh syari’at Islam, baik berasal dari Al Qur’an maupun Hadits shahihah. Sebagaimana firman Allah Ta’ala (artinya) “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. An Nur : 51).
Ali radlhiallaahu ’anhu dan Dakwah Kepada Allah
Al Bara’ berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus kami bersama Khalid bin Walid ke Yaman. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus Ali untuk mengganti kepemimpinannya. Beliau berkata kepada Ali; ‘Suruhlah tentara Khalid untuk ikut bersama kamu ke Yaman, bagi siapa saja yang mau, dan siapa yang ingin pulang, silahkan!’ Dan aku termasuk orang yang ikut bersama Ali. Al Bara berkata; ‘Lalu aku mendapatkan ghanimah yang begitu banyak.’ (HR. Bukhari). Dalam riwayat Baihaqi terdapat tambahan: Al Bara’ berkata, “Aku termasuk orang yang menyertai Ali. Ketika kami mendekati mereka, mereka keluar menemui kami. Kemudian Ali maju dan dia shalat mengimami kami. Kemudian ia membariskan kami dalam satu shaff. Ali maju kedepan. Dia membacakan surat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada mereka, maka suku Hamadan masuk Islam seluruhnya. Ali mengabarkan keislaman mereka kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca surat Ali beliau langsung bersujud lalu mengangkat kepalanya dan berkata, “Semoga keselamatan atas Hamadan. Semoga keselamatan atas Hamadan”. (Ashhaburrasul, 209). Kisah tersebut menunjukkan semangat dakwah Ali bin Abi Thalib yang sangat besar serta kepercayaan Rasulullah yang besar terhadap Ali.
Ali Memerangi Khawarij
Ketika Khawarij memberontak kepada Ali, jumlah mereka saat itu sekitar delapan ribu dari kalangan para ahli Qur’an (gemar membaca dan menghafalnya). Mereka bermarkas di Harura. Ali radlhiallaahu ’anhu mengutus Ibnu Abbas radlhiallaahu ’anhu untuk berdialog dengan mereka dan sekitar empat ribu orang dari mereka kembali ke jalan yang benar. Kemudian orang-orang Khawarij yang tidak mau bertaubat, diperangi oleh Ali bin Abi Thalib radlhiallaahu ’anhu di Nahrawan. (Terjemah Al Bidayah Wan Nihayah, 679-680). Mengenai orang-orang khawarij ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Akan keluar pada akhir zaman, suatu kaum, umurnya masih muda, rusak akalnya, mereka bertutur dengan manis. Mereka membaca al-Qur’an, namun tidak melebihi kerongkongannya. Mereka terlepas dari agama bagai terlepasnya anak panah dari busurnya. Apabila kalian menemuinya, bunuhlah mereka, karena terdapat ganjaran bagi mereka yang membunuh kaum tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Wafatnya
Ali bin Abi Thalib radlhiallaahu ’anhu terbunuh pada tahun 17 Ramadhan 40 H. Beliau dibunuh oleh seorang khawarij yang bernama Ibnu Muljam. Jenazah beliau dimakamkan di Darul Imarah di Kufah karena kekhawatiran kaum khawarij akan membongkar makam beliau. (Terjemah Al Bidayah Wan Nihayah, 433).
Wasalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
Sumber:



 .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar