3
PERISTIWA PENTING DIBULAN MUHARRAM
Menurut
Al-Hafizh Ibnu Nashir al-Din al-Dimasyqi dalam bukunya Majmu’ fihi Rasail menyebutkan
3 peristiwa yang terjadi pada tanggal 10 Muharram. Pertama, Allah
menyelamatkan Nabi Nuh dari banjir bandang dan keluar dari kapalnya di atas
gunung Judi setelah bumi ditenggelamkan selama 5 bulan. Para pakar sejarah
meyakini bahwa banjir bandang tersebut melanda seluruh negeri yang ada di
permukaan bumi. Dengan adanya banjir itu, semua orang kafir tenggelam sehingga
Allah tidak menyisakan satu orang kafir pun di muka bumi.
Menurut
Ibnu Abbas, Nabi Nuh berada di kapal itu bersama 80 orang dengan keluarganya
masing-masing. Mereka berada di kapal selama 150 hari. Allah mengarahkan kapal
itu ke Makkah lalu kapal tersebut berputar-putar mengelilingi Baitullah selama
40 hari. Allah kemudian mengarahkan kapal itu berlabuh di bukit Judi. Nabi Nuh dan para pengikutnya mulai
naik ke kapal pada hari kesepuluh di bulan Rajab dan berlayar mengarungi air
bah selama 150 hari hingga akhirnya kapal itu berlabuh di bukit Judi selama
satu bulan. Mereka keluar dari kapal pada tanggal 10 Muharram.
Kedua,
Allah selamatkan Nabi Musa dan Bani Israil dari tentara Fir’aun dan Allah
menenggelamkan Fir’aun bersama tentara-tentaranya di laut merah. Menurut
keterangan dari Ibnu Katsir yang mengutip pendapat beberapa mufassir
menjelaskan bahwa Fir’aun berada di tengah-tengah pasukan berkudanya yang
berjumlah 100.000 kuda jantan berwarna hitam. Adapun jumlah keseluruhan pasukan
yang menyertainya 1.600.000 orang. Sementara jumlah Bani Israil yang dikejar
tentara Fir’aun berjumlah 600.000 orang.
Sebagai
ungkapan rasa syukur kepada Allah, pada hari itu (10 Muharram), Nabi Musa yang
diikuti Bani Israil menjalan puasa. Sebagaimana diceritakan Abu Hurairah
bahwasanya Nabi saw. pernah berjalan melewati orang-orang Yahudi yang sedang
berpuasa pada hari Asyura, lalu Nabi bertanya, “Puasa apa kalian?.” Mereka
menjawab, “Hari ini Tuhan menyelamatkan Musa dan Bani Israil dari tenggelam,
sementara Fir’aun dan tentara-tentaranya ditenggelamkan. Pada hari ini juga,
Tuhan melabuhkan kapal Nuh bi bukit Judi. Oleh sebab itu, pada hari ini Nuh dan
Musa berpuasa sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan mereka. Nabi pun bersabda,
“Aku lebih berhak atas Musa dan lebih berhak untuk berpuasa pada hari ini.
Selanjutnya Nabi bersabda kepada para sahabatnya, “Siapa di antara kalian
berniat puasa pagi hari ini, hendaklah ia menyempurnakan puasanya. Siapa
diantara kalian terlanjur memakan makanan yang dihidangkan keluarganya, maka ia
juga menyempurnakan sisa waktu hari ini untuk berpuasa.” HR. Ahmad
Ketiga,
Husain, cucu Nabi saw. terbunuh di Karbala oleh para penghianat Kuffah,
pasukan Yazid bin Mu’awiyah. Para pembunuh tersebut di antaranya bernama Syamir
bin Dzi al-Jausyan, Husain bin Numair, Zur’ah bin Syarik al-Tamimi, Khauli bin
Sa’ad al-Asbahi, Sinan bin Anas, dan Mahfaz bin Tsa’labah. Peristiwa
terbunuhnya Husain di Karbala terjadi pada Jum’at, 10 Muharram 61 H (10 Oktober
680 M) dalam usia 58 tahun.
Al-Thabarani
dalam bukunya Maqtal Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib mengisahkan bahwa
suatu ketika, Husain bin Ali masuk ke kamar Nabi yang ketika itu sedang
menerima wahyu. Lalu Husain meloncat ke atas pundak Nabi dan bermain-main di
atas punggung beliau. Maka
kemudian Jibril bertanya, “Wahai Muhammad, apa engkau mencintainya?.”
Nabi pun menjawab, “Wahai Jibril, bagaimana aku tidak mencintai cucuku?.”
Jibril lantas berkata kembali, “Sesungguhnya, setelah kamu wafat nanti umatmu
akan membunuhnya.”
Jibril
kemudian mengambil tanah berwarna putih dan memberikannya kepada Nabi seraya
berkata, “Wahai Muhammad, di tanah inilah cucumu akan dibunuh. Tanah itu
namanya Thaf (Karbala).” Ketika Jibril sudah pergi, Nabi Muhammad keluar dengan
membawa tanah itu sambil berkata, “Wahai ‘Aisyah, Jibril memberitahu aku bahwa
Husain, cucuku akan dibunuh di tanah Thaf dan sesungguhnya setelah kepergianku
nanti, umatku akan menghadapi fitnah.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar