Media Penjernih Pemikiran Umat

Sabtu, 25 Mei 2019

Saudah binti Zam’ah, Wanita yang Gemar Sedekah



Saudah binti Zam’ah, Wanita yang Gemar Sedekah

Setelah Ummul Mukminin Khadijah wafat, Rasulullah menerima perempuan yang telah menerima. Dialah Saudah binti Zam'ah. Seorang wanita Quraisy yang dicintai Aisyah Radhiallahu 'anha. Berikut ini kisah tentang beliau:

Mengenal Ibunda Saudah
Namanya adalah Saudah binti Zam'ah bin Qays bin Abdusy Syams al-Qurasyiyah al-Amiriyah. Ibunya adalah asy-Syamus binti Qays bin Amr. Dia adalah istri kedua Nabi Muhammad dan termasuk orang pertama yang menerima dakwah Islam yang menerima nabi. Tentu ini keutamaan yang sangat besar.

Ummul Mukminin Saudah dihargai di Mekah dari keluarga memenangkan Quraisy. Sebelum menikah dengan Rasulullah, terpilih adalah sepupu jauh Rasulullah, berasal Sukran bin Amr bin Abdusy Syams Radhiallahu 'anhu. Ia adalah saudara dari sahabat Sahl, Suhail, Sulaith, dan Hatib radhiallahu 'anhum. Dari pernikahan menyetujui, Saudah memiliki anak laki-laki dari pernikahannya ini. Namanya Abdullah. Malik bin Zam'ah turut memberikan hijrah ke Habasyah pada hijrah yang kedua. Sekembalinya dari Habasyah ke Mekah, Sukran wafat. Peristiwa ini sebelum hijrah ke Madinah (Ibnu Sayyid an-Nas: 'Uyun al-Atsar, 2/381).
Setelah dinyanyikan wafat, Saudah hidup di tengah-tengah keluarga yang masih musyrik. Ayahnya juga masih dalam kemusyrikan. Demikian juga saudaranya, Abdullah bin Zam'ah, juga masih berada di atas agama nenek moyang. Inilah keadaan Saudah sebelum dinikahi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Menikah Untuk Kali Kedua

Wafatnya Khadijah Radhiallahu 'anha menyisakan kesedihan yang ada di rumah Nabi Shallallahu' alaihi Wa Sallam. Terlebih wafat Khadijah hampir bersamaan dengan wafatnya sang paman, Abu Thalib.

Dalam campur aduk suasana kesepian dan kesedihan, anak dan rumah yang kehilangan pengurusnya, para sahabat peduli dengan apa yang menimpa nabi. Mereka mengirim Khaulah bin Hakim as-Salimah Radhiallahu 'anha, istri dari Utsman bin Mazh'un, untuk mendapatkan Nabi Shallallahu’ alaihi Wa Sallam. Khaulah datang untuk memotivasi nabi, agar tertarik untuk menikah lagi.

Khaulah Radhiallahu 'anha datang dan berkata kepada Nabi, “Hai Nabiullah, bukankah kamu ingin menikah?”
"Dengan siapa?" Balas Rasulullah.
“Kalau kamu mau dengan seorang gadis. Atau bisa juga dengan seorang janda. ”, Jawab Khaulah.
Rasulullah Shallallahu’ 'alaihi Wa Sallam kembali bertanya, “Kalau dengan gadis siapa? Dan jika janda siapa? "
Khaulah menjawab, “Kalau gadis, dia adalah putri dari pengumpulan Allah yang paling kamu cintai, yaitu Aisyah. Kalau janda Saudah binti Zam'ah. Ia telah beriman pada Anda dan mengikuti Anda. "
Rasulullah bersabda, “Sampaikanlah menaklukkan dariku.”
Khaulah pun berangkat menuju Saudah. Ia berkata, "Betapa besar akan keberkahan yang akan Allah anugerahkan kepadamu."
"Apa itu?" Tanya Saudah.
"Rasulullah mengutusku untuk melamarmu", kata Khaulah.
Saudah membantah, “Aduh .. mari temui ayahku dan sampaikanlah tentang hal ini.”
Diperluas, ayah Saudah adalah Zam'ah bin al-Aswad, salah seorang yang berjasa melepaskan Bani Hasyim dari boikot Quraisy selama tiga tahun. Zam'ah adalah laki-laki yang sudah sangat tua, ia baru pulang karena tak mampu menuntaskan paket manasik hajinya.
Selamat Datang Zam'ah, ia ucapkan salam sapa ala tradisi Arab. Karena Zam'ah cenderung seorang muslim. Zam'ah berkatan, "Siapa itu?"
"Khaulah binti Hakim", jawabnya.
"Apa keperluanmu?" Tanya Zam'ah.
“Aku diutus oleh Muhammad bin Abdullah untuk melamarkan Saudah untuknya.”, Jawab Khaulah.
“Orang yang sekufu dalam kemuliaan. Apa jawab temanmu? (maksudnya Saudah) ”, tanya Zam'ah.
“Ia senang dengan hal ini.”, Jawabnya.
“Panggil dia untuk menemuiku”, pinta Zam'ah. Khaulah pun mengundangnya.
Zam'ah berkata, “Hai putriku. Ini adalah suatu kehormatan, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib mengutus seseorang untuk melamarmu. Ia sekufu dalam kemuliaan. Apa kau mau aku menikahkanmu? ”
"Iya", jawab Saudah.
“Panggillah dia ke sini”, pinta Zam'ah.

Rasulullah Shallallahu’ 'alaihi Wa Sallam pun datang. Dan Zam'ah menikahkan putrinya dengan Rasulullah.

Tidak lama, datanglah saudara Saudah, Abd bin Zam'ah yang baru selesai menunaikan haji. Melihat saudarinya telah dinikahi Rasulullah, ia tabur debu di atas sebagai tanda penyesalan. Di kemudian hari, setelah ia masuk Islam, ia berkata, "Demi berumurmu (wahai Nabi), sungguh aku sangat bodoh sekali saat menaburkan debu di atas kepalaku karena Rasulullah menikahi Saudah binti Zam'ah." (Ibnu Katsir: as-Sirah dan- Nabawiyah) 2 / 142-143).

Di Rumah Tangga Nabawi

Ummul Mukminin Saudah menjadi istri nabi pertama setelah wafatnya Khadijah. Ada yang mengutip saat itu usianya sudah menginjak 55 tahun. Sementara Rasulullah sendiri baru mencapai lima puluh tahun. Saat orang-orang Mekah mendengar kabar pernikahan ini, mereka keheranan. Karena lebih disukai perempuan cantik dan berkedudukan. Dan disukai wanita yang bisa diajak bersenang-senang (karena sudah tua). Mereka yakin, hal itu dilakukan Muhammad bin Abdullah untuk menyantuninya, membantunya, dan mengizinkan keislamannya. Pentingnya setelah diberikan wafat sepulangnya dari Habasyah. Mereka yakin, pernikahan ini adalah undangan sosial. Dengan demikian, pernikahan Rasulullah dengan Saudah adalah sanggahan bagi mereka yang menuduh Rasulullah dengan tuduhan keji. Seandainya benar apa yang mereka katakan,

Kemuliaan Saudah

Ummul Mukminin Saudah binti Zam'ah memiliki banyak karakter yang mulia. Ia merupakan seorang wanita yang mudah memberi dan bersedekah. Umar bin al-Khattab pernah menerima wadah yang dikeluarkan Dirham. Saudah berkata, “Apa ini?” “Ini bernilai Dirham”, jawab orang-orang. “Di sebuah wadah kurma?” Komentarnya. Kemudian untuk orang miskin.
Ummul Mukminin Aisyah sangat dinikmati. Karena ia rela memberikan jatah malam Rasulullah di Rumah, diberikan kepada Aisyah. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim:

“Ketika Saudah sudah tua, ia serahkan jatah menginap Rasulullah di rumah, untuk Aisyah. Ia berkata, 'Wahai Rasulullah, aku memberikan hari giliranku bersamamu untuk Aisyah'. Menerima Rasulullah memberikan jatah dua hari untuk Aisyah. Hari libur dan mulai Saudah. ​​"(HR. Al-Bukhari dalam Kitab an-Nikah 4914 dan Muslim dalam Kitab ar-Ridha '1463).

Aisyah radhiallahu 'anha berkata,

"Tiada seorang wanita pun yang paling aku suka agar aku memiliki sifat seperti dia lebih banyak Saudah binti Zam'ah tatkala terpilih senja." (Riwayat Muslim dalam Kitab ar-Ridha '1463).

Wafatnya
Ummul Mukminin Saudah binti Zam'ah Radhiallahu 'anha wafat di akhir pemerintahan Umar bin al-Khattab. Ada yang mengatakan beliau wafat pada tahun 54 H (Ibnu Hajar: al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah, 7/721).

Oleh Nurfitri Hadi (@ nfhadi07) 
Artikel www.KisahMuslim.com

Sumber : https://kisahmuslim.com/6158-ummul-mukminin-saudah-binti-zamah.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar