Bulan Februari tepatnya ditanggal 14 Februari identik
dengan hari kasih sayang di seluruh dunia. Momen tersebut dikenal dengan
Valentine’s Day (V Day). Pada hari itu orang-orang akan memberikan buket bunga
dan sekotak cokelat ataupun benda yang mengungkapkan rasa cinta tersebut kepada
orang yang dicintainya. V-day ternyata punya latar belakang peristiwa yang
bukan berasal dari islam. Mengingatkan kepada semua orang, terutama kaum muslim
tentang bahayanya perayaan yang satu ini. Karena V-Day ibarat racun berlumur
madu. Kelihatan manis tapi sebetulnya berkadar racun tingkat tinggi bin
berbahaya. Mana, ada yang tahan untuk mencicipinya?
Jika V-Day sering diidentikkan sebagai perayaan cinta
atau hari kasih sayang? semua orang, kalo dikasihani, dicintai, disayangi pada
keroyokan pengin menyambutnya. Tanpa pernah berpikir kalo kasih sayang dengan
cinta itu udah dibungkus rapi dengan harapan semua orang nggak pernah tahu mana
yang original cinta, mana yang nafsu. Kalo udah gitu, berarti V-Day udah
berhasil membius semua orang, termasuk kita yang muslim hilang 'kewarasannya'
memaknai cinta. Antara cinta dan nafsu jadi biasa.
Say No Valentine's Day |
Mungkin
ada yang masih berkilah “ini kan cuma perayaannya aja. ”. Tapi persoalannya
nggak sesimpel itu sobat. Apa yang kamu rayakan itu bukan termasuk ajaran agama
Islam bahkan bertentangan dengan agama kita. Yuk simak!
Sejarah
Hitam Valentine’s Day
The
World Book Encyclopedia (1998) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentine's
Day “Some trace it to an ancient Roman festival called Lupercalia. Other
experts connect the event with one or more saints of the early Christian
church. Still others link it with an old English belief that birds
choose their mates on February 14. Valentine's Day probably came from a
combination of all three of those sources-- plus the belief that spring
is a time for lovers.”
Jika
membicarakan Valentine's Day (V-Day) tepat banget kalo dimulai dari ngebahas si
empunya hari, siapa lagi kalo bukan si Valentine. Memang ada beberapa versi
cerita tentang V-Day, termasuk tentang seseorang yang bernama Valentine. Ada
sebagian versi menceritakan dengan nama “Valentine”, di cerita lain bernama
“Valentino”, bahkan ada yang bilang juga “Valentinus”. Valentine atau
Valentinus sebenarnya adalah nama seorang Martyr, yakni seorang Kristen yang
terbunuh karena mempertahankan ajaran agama yang dianutnya. Valentino adalah
nama seorang uskup pada abad ke-3 Masehi di masa Romawi (The Standart International
Dictionary, XVIII, p. 5090). Catatan mengenai pendeta yang bernama Santo
Valentine ini masih bisa termasuk tentang latar belakang sejarah vonis hukuman
mati oleh penguasa romawi saat itu.
Kata “Valentine” itu sendiri berasal dari bahasa Latin Valentinus
yang artinya gagah perkasa. Ketika itu, kalo orang ngasih pujian Valentinus
atau gagah perkasa sebenarnya ngasih pujian kepada dewa Baal. Sedang Raja Baal
yang pertama namanya adalah Nimrod. Siapa itu Nimrod, trus apa hubungan V-Day
dengan Nimrod? Begini sobat, menurut legenda Yunani Kuno, Nimrod ini dikenal
sebagai seorang pemburu anjing ajak yang gagah perkasa. Dalam bahasa Yunani
Nimrod lebih dikenal sebagai Pan, sedangkan anjing ajak dalam bahasa Latin
disebut Lupus. Nah, oleh orang Rumawi Nimrod dinamakan sebagai Lupercus atau si
pemburu anjing ajak.
Kalo sobat pernah denger peringatan atau festival Lupercalia yang
menurut legenda diperingati setiap tanggal 15 Februari, nah sebenarnya itu
diambil dari kata Lupercus. Lupercalia sendiri adalah hari perayaan untuk
mendewakan Lupercus alias si pemburu anjing ajak, alias si Nimrod, alias si
dewa Baal, alias si Valentinus atau Valentine. Ken Sweiger dalam artikel “Should
Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org) mengatakan kata
“Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha
Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Tapi sobat di versi lain, di tempat yang sama di
Roma dan tanggal yang sama 15 Februari, Lupercus justru untuk menamai sang Dewa
Kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan
berpakaian kulit kambing dengan perayaan yang disebut Lupercalia.
9
Puncak rangkaian festival Lupercalia adalah tanggal 14-15 Februari
yaitu penghormatan pada Juno, yang dikenal sebagai Dewi Para Perempuan dan Perkawinan.
Ritual apa yang dilakuin untuk mengagungkan Juno? Serem loh, siap-siap ya. Pada
malam sebelumnya (tanggal 14), nama-nama dari gadis-gadis Romawi ditulis pada
secarik kertas dan dimasukkan ke dalam botol (versi lain diceritakan dimasukkan
ke dalam bejana). Trus, nanti akan ada kaum cowok yang akan mengambil secarik
kertas dan menjadi pasangan selama festival dengan gadis yang namanya terpilih.
Setelah kepilih, akhirnya pasangan itu saling tukar kado sebagai pernyataan
cinta kasih, terus acara dilanjutin dari pesta dansa-dansa sampai pesta seks.
Ada versi lain yang menceritakan tentang sejarah Valentine, bahwa
pada awalnya orang-orang Romawi merayakan hari besar mereka yang jatuh pada
tanggal 15 Pebruari yang diberi nama Lupercalia. Peringatan ini adalah sebagai
penghormatan kepada Juno (Tuhan wanita dan perkawinan) serta Pan (Tuhan dari
alam ini) seperti apa yang mereka percayai. Acaranya? Laki dan perempuan
berkumpul, lalu saling memilih pasangannya lewat kado yang telah dikumpulkan
dan diberi tanda sebelumnya—tukar kado. Selanjutnya? Hura-hura sampai pagi.
Intinya, dalam versi manapun yang paling tepat sebagai sejarah
Valentine’s Day, ada persamaan sebagai berikut:
1. Valentine’s Day sebagai pesta penyembahan dewa
2. Valentine’s Day sebagai pesta hura-hura dan seks bebas antara
pemuda-pemudi.
Stop Bermaksiat
Ala Valentine’s Day
Di era global
seperti sekarang ini, dunia sering diibaratkan global village alias sebuah desa
global. Saking mudah terjangkaunya akses komunikasi, transportasi tentunya. Berangkat
dari situ, maka layak banget kalo kemudian mulai dari cara dandan, cara
berjalan, cara
makan, cara tidur orang Barat nun jauh disana, bisa tertransfer dengan gampang
ke negeri kita. Makanya ketika ngobrolin globalisasi, ada efek negatif dan ada
efek positifnya. Persoalannya apa yang ditransfer Barat bukan cuma cara dan
gaya tapi juga persoalan 'nilai'. Sehingga dalam standar 'positif-negatif' pun,
kita sudah tertular cara Barat menilai hal positif-negatif. Alias cara ukur
kita terhadap suatu perbuatan itu baik atau buruk, sama dengan Barat mengukur
baik-buruk, terpuji-tercela, dst.
Termasuk juga
V-Day! V-Day sangat terkait dengan agenda westernisasi khususnya kebebasan yang
menuju pada kehidupan serba boleh. Bisa sangat kentara liberalnya, kalo kita mencoba
berpikir kompleksitas masalah V-Day. Artinya V-Day tidak berdiri sendiri
sebagai sebuah perayaan, melainkan bagian dari peradaban sebuah kaum, bangsa
atau agama tertentu
Lalu,
bagaimana pandangan Islam dalam meneropong tentang
Valentine’s
Day?
Pandangan Islam tentang V-Day dan bagaimana menyalurkan cinta
dalam Islam.
Yuk lanjut! V-Day, ibarat sekam yang siap menyala dan membakar apapun
yang ada di sekitarnya.Sangat berbahaya. Tak mustahil bagi generasi muda yang
masih labil, akan termakan dan tergoda rayuannya, kemudian mengadopsinya
sebagai gaya gaul remaja
yang lagi in.
Padahal berabad-abad yang lalu Allah swt sudah mengingatkan kepada
kita dengan firman-Nya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan
hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS: Al Isra':
36).
Apalagi budaya tersebut memang berasal dari Barat.
Firman Allah swt: “...dan
sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka
setelah datang ilmu kepadamu (keterangan-keterangan),
sesungguhnya kamu kalau demikian termasuk golongan orangorang
dholim.” (QS: Al Baqarah: 145).
Ada suatu kaidah syar'iyah yang berbunyi: “Asal (pokok/dasar) perbuatan
adalah terkait (terikat) dengan hukum-hukum Islam.” Termasuk dalam berkasih sayang
versi V-Day ini, wajib tahu hukumnya biar kita tidak nyesel seumur hidup. V-Day
sebagai bagian dari westernisasi yang mengusung kemasan 'kasih sayang' memang
telah berhasil memalingkan dari kasih sayang yang suci dalam pandangan Islam
dan mencuci otak remaja dengan prinsip gaya hidup serba bebas, selama tidak
mengganggu hak-hak orang lain. Kasih sayang yang dimuat V-Day itu bernuansa
kebebasan bergaul. Dan ini jelas sangat berbahaya. Karena konsekuensi dari
masalah ini adalah halal atau haram alias pahala dan dosa.
18
Sebagai seorang remaja muslim yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, tentu saja kita tidak layak mengikuti budaya yang tak jelas. V-Day telah
memakan banyak korban, khususnya remaja. Kita tertipu di balik gemerlapnya
V-Day yang telah menikam perasaan dan pikiran sehat kita. Dan kita menjadi liar
dalam mewujudkan kasih sayang. Hati-hati, jangan sampai celaan Nabi kita
dialamatkan kepada kita melalui sabdanya, “Siapa saja yang menyerupai suatu
kaum (gaya hidup dan adat istiadatnya), maka mereka termasuk golongan
tersebut.” (HR. Abu Daud dan Imam Ahmad dari Ibnu Umar).
Nah kamu mau ngga diakui sebagai golongan Rasulullah Muhammad saw.
karena merayakan V-Day? Ngga mau kan?
Agar lebih rinci,
yuk kita bahas dimana sebenarnya letak ketidakbolehan kita sebagai muslim
melaksanakan ritual V-Day:
1. Menyerupai
orang kafir
Rasulullah saw. secara
tegas mengelompokkan kaum Muslim yang mengikuti perayaan dan kebiasaan
orang-orang kafir sama seperti mereka dan tidak termasuk golongan Rasul (kaum
Muslim). Rasulullah saw. bersabda: “Tidak termasuk golonganku orang-orang
yang menyerupai selain golonganku.”(HR at- Tirmidzi).
2. Menghantarkan
perzinaan
Aktivitas merayakan V-Day
nggak usah ditutup-tutupi udah pasti berbau pergaulan bebas. Nggak usah
divonis, semua orang juga tahu kalo yang namanya V-Day identik dengan akvitas
hura-hura. Laki-perempuan tercampur aduk. Padahal sudah sangat jelas bahwa
hukum asal kaum wanita dan laki-laki adalah terpisah sebelum ada dalil atau
keperluan syar'I yang menuntut keduanya bertemu, misalnya berdagang, bekerja,
beribadah, haji, sholat, menikah dll. Allah SWT berfirman: "Dan janganlah
kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.
dan
suatu jalan yang
buruk". (QS. Al-Isra' : 32).
3.
Mengokohkan Budaya Barat
V-Day sudah diakui oleh
siapapun sebenarnya sebagai budaya Barat. Dia telah berhasil merusak tatanan
masyarakat timur apalagi Islam, mengikuti Valentine bukan saja sekedar pesta
untuk menyatakan kasih sayang, tetapi juga pesta yang mau-tidak-mau harus
mengikutkan budaya yang lainnya.
Maka dari itu, V’Day
bukan perayaan atau budaya dari orang Islam. Sewajarnya kita sebagai muslim
tidak ikut-ikutan dalam momen tersebut, seperti memberikan bunga atau coklat
kepada orang tercinta. Jangan gadaikan Imanmu dengan bunga dan coklat dalam
momen Valentine’s Day.
Sumber: Kutipan dan Ringkasan
E-Book Cinta Sehat Tanpa Maksiat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar