Abdul Majid II,
Sang Pamungkas
Abdul Majid II lahir 29 Mei 1869 dan wafat 23 Agustus
1944 adalah khalifah terakhir Turki Utsmani. Ia menjabat sejak 19 November 1922
hingga 3 Maret 1924.
Pada masa pemerintahan Abdul Majid II, posisi Mustafa
Kemal Ataturk semakin mencorong dan kharismanya semakin kuat. Pada saat yang
sama, nama khalifah semakin anjlok di mata rakyatnya. Semua ini akibat
permainan Inggris yang tidak gampang dilacak.
Intelijen-intelijen Inggris berhasil menemukan
'impiannya' pada sosok Ataturk. Hubungan antara intelijen dan Ataturk melalui
perantaraan seorang intelijen bernama Amstrong. Hubungan keduanya mulai dekat
sejak Kemal Ataturk menjadi komandan perang Utsmani yang kala itu bertugas di
Palestina dan Suriah.
Kemal Ataturk benar-benar berubah dari seorang perwira
yang tidak berpengaruh menjadi seorang panglima militer yang memiliki berbagai
kedudukan dan banyak memperoleh kemenangan. Dia pun mendapat gelar
"gazhi" berkat pengaruh para intelijen Inggris.
Mustafa Kemal Ataturk adalah sosok yang doyan
mabuk-mabukan dan kerap melakukan tindakan yang amoral. Hal ini tak
mengherankan karena ia berasal dari Yahudi Dunamah. Dalam ensiklopedi Yahudi
disebutkan, sebagian besar kalangan Yahudi Salanika menyatakan dengan tegas
bahwa Kemal Ataturk berasal dari Dunamah. Ini juga merupakan keyakinan kalangan
Islam yang tidak setuju dengan Kemal Ataturk. Namun pemerintahan Turki
menolaknya.
Arnold Toynbee memberi catatan tentang nasab Mustafa
Kemal Ataturk. "Sesungguhnya darah Yahudi mengalir deras dalam keluarga
Mustafa Kemal. Sebab Salanika merupakan tempat orang-orang Yahudi berada, saat
mereka ditimpa cobaan dan pengasingan. Mereka menyembunyikan akidah yang
sebenarnya dengan pura-pura masuk Islam. Namun tabiat dan karakter, warna mata
dan postur tubuh Kemal Ataturk tidak menunjukkan pengaruh darah Yahudi dalam
dirinya," papar Toynbee.
Khalifah Abdul Majid II adalah sosok lelaki yang
terdidik, sebagaimana halnya kebanyakan keturunan Bani Sulaiman. Dalam
pandangan orang-orang Turki, ia dianggap memiliki hubungan yang hidup dengan
khazanah dan sejarah Utsmani Islam.
Warga Istanbul sangat menghormati Sultan setiap kali
hadir di masjid untuk shalat Jumat. Hal ini membuat Kemal Ataturk sangat
membenci Sultan Abdul Majid II. Dia tak bisa melihat dan mendengar kecintaan
manusia dan kesenangan mereka pada keluarga keturunan Utsmani. Dia pun melarang
khalifah keluar untuk melaksanakan shalat dan mengurangi hak-hak istimewa
sultan.
Kemal Ataturk memerintah dengan tangan besi dan bara api.
Dia mendapat dukungan dari berbagai negara besar terhadap kebijakan politiknya
yang kejam dan bengis. Pada 3 Maret 1924 Kemal Ataturk memanggil semua anggota
pendiri organisasi untuk mengadakan pertemuan. Dia yakin bahwa tidak seorang
pun dari anggota pendiri yang sebenarnya tinggal nama itu yang berani
menentangnya. Dia mengusulkan pada organisasi itu proyek pembubaran khilafah
yang dia sebut sebagai 'bisul sejak abad pertengahan'.
Keputusan pun diambil yang juga mencakup pembuangan
khalifah pada hari berikutnya tanpa ada perdebatan. Maka obor khilafah pun
padam di tangan Mustafa Kemal Ataturk.
Kemal Ataturk melaksanakan semua rancangan tertulis yang
ia tandatangani dengan negara-negara Barat. Di mana kesepakatan Luzan yang
terjadi pada 1340 H/1923 M telah mewajibkan Turki untuk menerima beberapa
syarat perjanjian yang dikenal dengan syarat-syarat Karzun yang empat.
Karzun sendiri adalah ketua delegasi Inggris dalam muktamar Luzan.
Syarat-syarat itu ialah: 1) Pemutusan semua hal yang
berhubungan dengan Islam dari Turki; 2) Penghapusan khilafah Islam untuk
selama-lamanya; 3) Mengeluarkan khalifah dan para pendukung khilafah dan Islam
dari negeri Turki serta mengambil harta khalifah; 4) Mengambil undang-undang
sipil sebagai pengganti undang-undang Turki yang lama.
Muncullah kegundahan dan keguncangan di dunia Islam.
Kemal Ataturk telah melaksanakan semua rencana itu dengan sempurna. Dia pun
semakin jauh dari rambu-rambu Islam. Akhirnya Turki tenggelam dalam ganasnya
westernisasi, dan berenang di lautan sekularisasi.
Pemerintah sekuler Turki memutus hubungan Turki dengan
masa lalu keislaman mereka di satu sisi, dan memutus Turki dengan kaum Muslimin
di seluruh negeri Arab dan Islam pada sisi yang lain.
Mustafa Kemal Ataturk meninggal pada 1356 H setelah
berhasil menancapkan kuku-kuku sekularisme di Turki, walaupun tidak disukai
kaum Muslimin. Ia menderita sakit selama beberapa tahun menjelang kematiannya.
Tak diketahui secara pasti apa penyakit yang dideritanya.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar