Semangat
Salman Al Farisi Menjemput Hidayah
dan Parit Penyelamat Pejuang Islam
v
Perjalanan Panjang Salman Al-Farisi
Menemukan Islam
Salman
Al Farisi dilahirkan di keluarga Majusi yang taat. Demi menjaga agar Salman
tidak terpengaruh ajaran agama lainnya, Salman tidak pernah boleh keluar dari
lingkungan rumahnya. Salman diminta menjaga api yang diakui sebagai Tuhannya
kala itu, agar api tidak padam. Sementara ayahnya adalah kepala distrik yang
sangat sibuk.
Sekian
lama tidak pernah keluar rumah, suatu hari ayah Salman memintanya untuk
memeriksa ladang karena ia ada kesibukan lain. Dari sinilah hidayah mulai
menyapa Salman. Ia berjalan-jalan di sekitar ladang. Tanpa sengaja, ia
menemukan sekumpulan orang yang sedang beribadah di gereja mereka. Mereka
adalah kaum nashara yang sedang mengerjakan shalat. Salman kagum dengan ibadah
mereka. Salman akhirnya mendapat informasi bahwa agama tersebut dari Syam.
Singkat
kata, Salman berhasil melarikan diri ke Syam dan menjumpai Uskup (pemuka
agama). Perjalanannya penuh lika-liku di sini. Ia mendapati Uskup tersebut
orang yang curang. Kemudian ia membongkar kecurangannya. Ia kemudian mencari
hidayah sampai ke Moshul di Baghdad, Nashibin, hingga akhirnya ke Romawi.
Perjalanannya penuh lika-liku, dari satu pendeta ke pendeta lain, yang akhirnya
mereka semua meninggal dunia. Hingga pendeta yang terakhir berkata,
"Wahai
anakku. Aku tidak mengetahui ada orang yang masih berada di atas ajaran kami
yang aku memerintahkan kepadamu untuk menjumpainya. Akan tetapi, telah datang
kepadamu masa nabi (yang baru). Ia diutus di atas agama Ibrahim, bangkit di
tanah Arab,” Pendeta
tersebut menceritakan ciri-ciri Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam.
“Pada
dirinya terdapat tanda-tanda yang tidak tersembunyi; mau makan hasil hadiah,
tidak makan sedekah. Di antara dua pundaknya terdapat tanda kenabian. Jika
engkau bisa pergi ke negeri itu, lakukanlah!”
Salman
akhirnya bertolak ke jazirah Arab dengan rombongan yang kebetulan datang ke
Romawi. Akan tetapi, Salman dianiaya. Hingga dia kemudian dibuang dari
rombongan dan dijual ke seorang Yahudi Arab. Namun alangkah mengejutkannya,
bahwa Salman ternyata dibuang di Arab! Orang
Yahudi tersebut selanjutnya menjual Salman kepada keponakannya, yang ternyata
ia berasal dari Madinah, tempat Nabi berada.
Akhirnya
Salman ke sana ke mari menanyakan informasi tentang Rasulullah, hingga suatu
hari, datanglah berita tentangnya. Salman
kemudian ingin membuktikan apakah Nabi Muhammad benar-benar Nabi seperti yang
diceritakan pendetanya di Romawi. Ia mengumpulkan kurma kemudian
menyedekahkannya kepada Nabi. Dan ternyata betul bahwa Nabi tak memakannya,
beliau memberikannya kepada orang-orang di sekitarnya. Salman kemudian
mengumpulkan lagi kurma-kurma dan memberikan kepada Nabi sebagai bentuk hadiah.
Ternyata Nabi memakannya. Kedua tanda ini mudah diuji coba. Kini, tinggal tanda
ketiga. Salman berpikir keras bagaimana menguji tanda kenabian yang ada di
antara kedua pundak Nabi. Hingga suatu saat, kebetulan ada sahabat yang wafat
dan Nabi melayatnya.
Maka,
Salman datang dan melontarkan salam kepada beliau. Setelah itu, ia berputar ke
belakang untuk melihat punggung Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, untuk
memastikan tanda kenabian yang disebutkan oleh pendeta. Ketika Rasulullah
menyadari keingintahuan Salman, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
melepaskan kain atasnya dari punggung, dan Salman menyaksikan tanda kenabian
tersebut, sebagaimana ia mengenalnya dari cerita yang pernah ia dengar.
Salman akhirnya menangis di depan
Nabi dan memeluk Islam hingga menjadi salah satu sahabat yang paling Rasulullah
banggakan.
v
Strategi Terbaik Salman Al Farisi dalam Perang Khandaq
Perang
Khandaq merupakan salah satu dari tiga perang besar yang dihadapi umat Islam di masa Rasulullah Muhammad SAW.
Perang inilah yang melejitkan sosok sahabat Nabi, Salman Al Farisi. Di perang itu, Salman memiliki
peran sangat penting. Dari Salmanlah gagasan membangun parit sebagai pertahanan
umat Islam muncul.
Nama
Khandaq sendiri diambil dari parit yang dibangun oleh umat Islam berdasarkan
gagasan Salman. Berkat parit itulah, umat Islam berhasil mematahkan perlawanan
kaum Quraisy. Perang
Khandaq terjadi satu tahun setelah umat Islam mengalami kekalahan di Perang
Uhud. Kaum Quraisy menggalang kekuatan dengan sejumlah suku untuk kembali
menyerang umat Islam. Rencana
itu terdengar oleh umat Islam di Madinah. Rasulullah segera menggelar
musyawarah dengan para sahabat, membahas rencana penyerangan oleh kaum Quraisy.
Dalam
Sirah Nabawiyah disebutkan kekuatan kaum Quraisy mencapai 10 ribu pasukan
dilengkapi 300 ekor kuda dan 1.500 unta. Jumlah ini tidak sebanding dengan
kekuatan umat Islam yang hanya 3.000 pejuang. Salman lalu menyampaikan gagasan
membangun parit saat bermusyarah dengan Nabi dan para sahabat yang lain. Ide
tersebut disepakati bersama dan umat Islam bergotong royong membangun parit.
Ide
tersebut terinspirasi dari pengalaman Salman yang merupakan orang Parsi. Bagi
bangsa Parsi, parit merupakan alat pertahanan efektif dari serangan pasukan
berkuda. Parit tersebut
terbentang di sisi timur Madinah. Lokasi itu dipilih lantaran terbuka dan musuh
dapat dengan mudah masuk. Sementara sisi barat, utara dan selatan dipenuhi
perbukitan yang sulit didaki.
Syauqi
Abu Khalil dalam Athlas Hadits menyebutkan parit itu memiliki panjang 5.544
meter (5,5 km) dengan lebar 4,62 meter dan kedalaman sekitar 3,234 meter.
Setiap 10 sahabat diwajibkan menggali tanah sekitar 40 meter. Proses penggalian
itu berjalan sekitar 10 hari. Nabi dan para sahabat harus bekerja keras,
mengingat saat itu Madinah sedang dilanda musim dingin ditambah persediaan makanan menipis.
Kaum
Quraisy datang menyerang. Rasulullah pun memerintahkan umat Islam naik ke
gunung Silih dan bertahan di sana. Saat
melancarkan serangan, kaum Quraisy terkejut melihat parit yang terbuka sangat
lebar di depan mereka. Alhasil, rencana mereka gagal. Perang tetap berlangsung dengan
serangan panah dari dua belah pihak. Jumlah pejuang Islam yang syahid kala itu
ada enam orang, sementara pihak lawan sekitar 12 orang.
Rasulullah dan umat
Islam kemudian bermunajad, meminta bantuan kepada Allah SWT. Allah pun mengirim bantuan
berupa pasukan malaikat dan angin yang kencang, membuat pasukan
kaum Quraisy luluh lantak. Peperangan pun dimenangkan umat Islam.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar