Media Penjernih Pemikiran Umat

Minggu, 31 Maret 2019

Semangat Salman Al Farisi Menjemput Hidayah dan Parit Penyelamat Pejuang Islam


Semangat Salman Al Farisi Menjemput Hidayah dan Parit Penyelamat Pejuang Islam

v  Perjalanan Panjang Salman Al-Farisi Menemukan Islam

Salman Al Farisi dilahirkan di keluarga Majusi yang taat. Demi menjaga agar Salman tidak terpengaruh ajaran agama lainnya, Salman tidak pernah boleh keluar dari lingkungan rumahnya. Salman diminta menjaga api yang diakui sebagai Tuhannya kala itu, agar api tidak padam. Sementara ayahnya adalah kepala distrik yang sangat sibuk.

Sekian lama tidak pernah keluar rumah, suatu hari ayah Salman memintanya untuk memeriksa ladang karena ia ada kesibukan lain. Dari sinilah hidayah mulai menyapa Salman. Ia berjalan-jalan di sekitar ladang. Tanpa sengaja, ia menemukan sekumpulan orang yang sedang beribadah di gereja mereka. Mereka adalah kaum nashara yang sedang mengerjakan shalat. Salman kagum dengan ibadah mereka. Salman akhirnya mendapat informasi bahwa agama tersebut dari Syam.

Singkat kata, Salman berhasil melarikan diri ke Syam dan menjumpai Uskup (pemuka agama). Perjalanannya penuh lika-liku di sini. Ia mendapati Uskup tersebut orang yang curang. Kemudian ia membongkar kecurangannya. Ia kemudian mencari hidayah sampai ke Moshul di Baghdad, Nashibin, hingga akhirnya ke Romawi. Perjalanannya penuh lika-liku, dari satu pendeta ke pendeta lain, yang akhirnya mereka semua meninggal dunia. Hingga pendeta yang terakhir berkata,

"Wahai anakku. Aku tidak mengetahui ada orang yang masih berada di atas ajaran kami yang aku memerintahkan kepadamu untuk menjumpainya. Akan tetapi, telah datang kepadamu masa nabi (yang baru). Ia diutus di atas agama Ibrahim, bangkit di tanah Arab,” Pendeta tersebut menceritakan ciri-ciri Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam.

“Pada dirinya terdapat tanda-tanda yang tidak tersembunyi; mau makan hasil hadiah, tidak makan sedekah. Di antara dua pundaknya terdapat tanda kenabian. Jika engkau bisa pergi ke negeri itu, lakukanlah!”

Salman akhirnya bertolak ke jazirah Arab dengan rombongan yang kebetulan datang ke Romawi. Akan tetapi, Salman dianiaya. Hingga dia kemudian dibuang dari rombongan dan dijual ke seorang Yahudi Arab. Namun alangkah mengejutkannya, bahwa Salman ternyata dibuang di Arab! Orang Yahudi tersebut selanjutnya menjual Salman kepada keponakannya, yang ternyata ia berasal dari Madinah, tempat Nabi berada.

Akhirnya Salman ke sana ke mari menanyakan informasi tentang Rasulullah, hingga suatu hari, datanglah berita tentangnya. Salman kemudian ingin membuktikan apakah Nabi Muhammad benar-benar Nabi seperti yang diceritakan pendetanya di Romawi. Ia mengumpulkan kurma kemudian menyedekahkannya kepada Nabi. Dan ternyata betul bahwa Nabi tak memakannya, beliau memberikannya kepada orang-orang di sekitarnya. Salman kemudian mengumpulkan lagi kurma-kurma dan memberikan kepada Nabi sebagai bentuk hadiah. Ternyata Nabi memakannya. Kedua tanda ini mudah diuji coba. Kini, tinggal tanda ketiga. Salman berpikir keras bagaimana menguji tanda kenabian yang ada di antara kedua pundak Nabi. Hingga suatu saat, kebetulan ada sahabat yang wafat dan Nabi melayatnya.

Maka, Salman datang dan melontarkan salam kepada beliau. Setelah itu, ia berputar ke belakang untuk melihat punggung Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, untuk memastikan tanda kenabian yang disebutkan oleh pendeta. Ketika Rasulullah menyadari keingintahuan Salman, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melepaskan kain atasnya dari punggung, dan Salman menyaksikan tanda kenabian tersebut, sebagaimana ia mengenalnya dari cerita yang pernah ia dengar.

Salman akhirnya menangis di depan Nabi dan memeluk Islam hingga menjadi salah satu sahabat yang paling Rasulullah banggakan.

v  Strategi Terbaik Salman Al Farisi dalam Perang Khandaq

Perang Khandaq merupakan salah satu dari tiga perang besar yang dihadapi umat Islam di masa Rasulullah Muhammad SAW. Perang inilah yang melejitkan sosok sahabat Nabi, Salman Al Farisi. Di perang itu, Salman memiliki peran sangat penting. Dari Salmanlah gagasan membangun parit sebagai pertahanan umat Islam muncul.

Nama Khandaq sendiri diambil dari parit yang dibangun oleh umat Islam berdasarkan gagasan Salman. Berkat parit itulah, umat Islam berhasil mematahkan perlawanan kaum Quraisy. Perang Khandaq terjadi satu tahun setelah umat Islam mengalami kekalahan di Perang Uhud. Kaum Quraisy menggalang kekuatan dengan sejumlah suku untuk kembali menyerang umat Islam. Rencana itu terdengar oleh umat Islam di Madinah. Rasulullah segera menggelar musyawarah dengan para sahabat, membahas rencana penyerangan oleh kaum Quraisy.

Dalam Sirah Nabawiyah disebutkan kekuatan kaum Quraisy mencapai 10 ribu pasukan dilengkapi 300 ekor kuda dan 1.500 unta. Jumlah ini tidak sebanding dengan kekuatan umat Islam yang hanya 3.000 pejuang. Salman lalu menyampaikan gagasan membangun parit saat bermusyarah dengan Nabi dan para sahabat yang lain. Ide tersebut disepakati bersama dan umat Islam bergotong royong membangun parit.

Ide tersebut terinspirasi dari pengalaman Salman yang merupakan orang Parsi. Bagi bangsa Parsi, parit merupakan alat pertahanan efektif dari serangan pasukan berkuda. Parit tersebut terbentang di sisi timur Madinah. Lokasi itu dipilih lantaran terbuka dan musuh dapat dengan mudah masuk. Sementara sisi barat, utara dan selatan dipenuhi perbukitan yang sulit didaki.

Syauqi Abu Khalil dalam Athlas Hadits menyebutkan parit itu memiliki panjang 5.544 meter (5,5 km) dengan lebar 4,62 meter dan kedalaman sekitar 3,234 meter. Setiap 10 sahabat diwajibkan menggali tanah sekitar 40 meter. Proses penggalian itu berjalan sekitar 10 hari. Nabi dan para sahabat harus bekerja keras, mengingat saat itu Madinah sedang dilanda musim dingin ditambah persediaan makanan menipis.

Kaum Quraisy datang menyerang. Rasulullah pun memerintahkan umat Islam naik ke gunung Silih dan bertahan di sana. Saat melancarkan serangan, kaum Quraisy terkejut melihat parit yang terbuka sangat lebar di depan mereka. Alhasil, rencana mereka gagal. Perang tetap berlangsung dengan serangan panah dari dua belah pihak. Jumlah pejuang Islam yang syahid kala itu ada enam orang, sementara pihak lawan sekitar 12 orang.

Rasulullah dan umat Islam kemudian bermunajad, meminta bantuan kepada Allah SWT. Allah pun mengirim bantuan berupa pasukan malaikat dan angin yang kencang, membuat pasukan kaum Quraisy luluh lantak. Peperangan pun dimenangkan umat Islam.

Sumber :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar