Assalaamu’alaykum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Alhamdulillah, Muslimah LKI Al-Ikhlas Poliban kembali
hadir di #MuslimahBlog.
Kali ini, kami akan membagikan sebuah kisah yang
insyaaAllah akan menginspirasi kita semua sebagai seorang Muslim. Kisah ini
datang dari sahabat Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam yaitu Bilal bin
Rabah RA.
Yukkk, baca sampai selesai ya..
Namanya
adalah Bilal bin Rabah, muadzin Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam,
memiliki kisah menarik tentang sebuah perjuangan mempertahankan aqidah. Sebuah
kisah yang tidak akan pernah membosankan, walaupun terus diulang-ulang
sepanjang zaman. Kekuatan alurnya akan membuat setiap orang tetap penasaran
untuk mendengarnya. Bilal lahir di daerah As-Sarah sekitar 43 tahun sebelum
hijrah. Ayahnya bernama Rabah, sedangkan ibunya bernaha Hamamah, seorang budak
wanita berkulit hitam yang tinggal di Makkah. Karena ibunya itu, sebagian orang
memanggil Bilal dengan sebutan Ibnus-Sauda’.
Bilal
dibesarkan di kota Ummul Qura (Makkah) sebagai seorang budak milik keluarga
bani Abduddar. Saat ayah mereka meninggal, Bilal diwariskan kepada Umayyah bin
Khalaf, seorang tokoh penting kaum kafir. Ketika Makkah diterangi cahaya agama
baru dan Rasul shallallahu ‘alayhi wasallam mulai mengumandangkan seruan
kalimat tauhid, Bilal adalah termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam.
Saat Bilal masuk Islam, di bumi ini hanya ada beberapa orang yang telah
mendahuluinya memeluk agama baru itu, seperti Ummul Mu’minin Khadijah binti
Khuwailid, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, ‘Ammar bin Yasir bersama
ibunya, Sumayyah, Shuhaib Ar-Rumi, dan Al-Miqdad bin Al-Aswad.
Bilal
merasakan penganiayaan orang-orang musyrik yang lebih berat dari siapapun.
Berbagai macam kekerasan, siksaan dan kekejaman mendera tubuhnya. Namun ia,
sebagaimana kaum Muslimin yang lemah lainnya, tetap bersabar menghadapi ujian
di jalan Allah itu dengan kesabaran yang jarang sanggup ditunjukkan oleh
siapapun. Orang Quraisy yang paling banyak menyiksa Bilal adalah Umayyah bin
Khalaf bersama para algojonya. Mereka menghantam punggung Bilal yang tidak
menggunakan pelindung apapun dengan cambuk, namun Bilal hanya berkata “Ahad,
Ahad (Allah Maha Esa)”. Mereka menindih dada Bilal dengan batu besar yang
panas, Bilal pun hanya berkata “Ahad, Ahad”. Mereka semakin meningkatkan
penyiksaannya, namun Bilal tetap mengatakan “Ahad, Ahad”. Mereka memaksa Bilal
agar memuji Latta dan ‘Uzza, tapi Bilal justru memuji nama Allah dan Rasul-Nya.
Mereka terus memaksanya, “Ikutilah yang kami katakana!”. Bilal menjawab,
“Lidahku tidak bias mengatakannya.” Jawaban ini membuat siksaan mereka semakin
hebat dan keras.
Ketika
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam selesai membangun Masjid Nabawi di
Madinah dan menetapkan adzan, maka Bilal ditunjuk sebagai orang pertama yang
mengumandangkan adzan dalam sejarah Islam. Biasanya, setelah mengumandangkan
adzan, Bilal berdiri di depan pintu rumah Rasulullah shallallahu ‘alayhi
wasallam seraya berseru, “Hayya ‘alashshalaati hayya ‘alalfalaahi.. (Mari
melaksanakan shalat, mari meraih kemenangan..)”. Lalu, ketika Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wasallam keluar dari rumah dan Bilal melihat beliau, Bilal
segera melantunkan iqamat.
Bilal
menjadi muadzin tetap selama Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam hidup.
Selama itu pula, Rasulullah sangat menyukai suara yang saat disiksa dengan
siksaan yang begitu berat di masa lalu, ia melantunkan kata “Ahad, Ahad..”.
Itulah tadi sepenggal kisah dari Muadzin Pertama Umat
Islam, yaitu Bilal bin Rabah, bagaimana saat beliau menghadapi siksaan setelah
memeluk agama Islam dan tetap dengan kokohnya mempertahankan keimanan beliau
kepada Allah subhanahu wata’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam
dalam kondisi separah itu. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dibalik
kisah ini. Aamiin Yaa Rabbal’aalamiin.
Semoga bermanfaat, sampai bertemu di #MuslimahBlog
selanjutnya yaa J
REFERENSI :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar