Media Penjernih Pemikiran Umat

Minggu, 10 Mei 2020

Ditengah pandemi covid-19: Berjamaah dirumah, samakah fadhilah nya?

Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh ...

Alhamdulillah dalam muslimah blog update kembali "Berita Terkini" dengan judul "Ditengah pandemi covid-19: Berjamaah dirumah, samakah fadhilah nya?"

Selamat membaca ...

Disebutkan dalam hadits Shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim bahwa shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat di rumah 25-27 tingkatan, sebagaimana riyawat Abu Hurairah:

Dari Abu Hurairah berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Shalat seorang laki-laki dengan berjama'ah dibanding shalatnya di rumah atau di pasarnya lebih utama (dilipat gandakan) pahalanya dengan dua puluh lima kali lipat...."

Lantas bagaimana dengan hari ini? Dimana sebagian masjid meliburkan shalat berjamaah?


Pertama, hadits diatas untuk shalat berjamaah di masa aman dan tanpa ada udzur syar'i. Ketika kita masih punya pilihan antara hadir berjamaah ke masjid atau shalat sendiri di rumah.

Tapi jika ada udzur syar'i, baik udzur yang bersifat personal atau udzur bersama, maka insyaallah transferan pahala berjamaah tetap akan didapat, meski sedang Shalat from Home. Syaratnya kita biasa berjamaah di masjid. Sebagaimana hadits dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اذَاَﻣِﺮضَ اﻟَْﻌْﺒُﺪ[1]ْو َﺳﺎﻓََﺮ، ُﻛِﺘﺐََﻟُﻪِﻣْﺜُﻞَﻣﺎ َﻛﺎنََﻳْﻌَﻤُﻞُﻣِﻘﻴﻤًﺎ ﺻَِﺤﻴﺤًﺎ. (ﺻﺤﻴﺢ اﻟﺒﺨﺎري، (57 /4


“Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat.” (HR. Bukhari)

Dari hadits itu, Ibnu Hajar Al-Asqalani (w. 852 H) mengatakan,

َوُﻫَﻮِﻓﻲ َﺣّﻖَﻣْﻦ َﻛﺎنََﻳْﻌَﻤﻞَﻃﺎﻋَﺔَﻓَﻤَﻨَﻊِﻣْﻨَﻬﺎَوَﻛﺎﻧَﺖِْﻧ[1]ﻴﺘﻪَﻟْﻮَﻻ اﻟَْﻤﺎﻧِﻊ[1]ْنَﻳُﺪوم َﻋَْﻠﻴَﻬﺎ

“Hadits di atas berlaku untuk orang yang ingin melakukan ketaatan lantas terhalang dari melakukannya. Padahal ia sudah punya niatan kalau tidak ada yang menghalangi, amalan
tersebut akan dijaga rutin.” (Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath Al-Bari, juz 6, hal. 136).

Orang yang hadir ke masjid dan telat tak mendapatkan shalat berjamaah saja, masih mendapatkan transferan pahala berjamaah full, tanpa dikurangi dari pahalanya orang yang berjamaah. Sebagaimana hadits:

َﻋْﻦ[1]ِﺑﻲ ُﻫَﺮْﻳَﺮَة،َﻗﺎلَ:َﻗﺎلََرُﺳﻮلُ ا

[1]ِ ﺻَ[1]ﻠﻰ ا

ُ َﻋَْﻠﻴِﻪَوَﺳ[1]ﻠَﻢ: »َﻣْﻦَﺗَﻮﺿ[1]َ[1]ْﺣَﺴَﻦُوُﺿﻮءَُه،ُ[1]ﻢَراحََﻓَﻮَﺟَﺪ اﻟﻨﺎسََﻗْﺪ ﺻَ[1]ﻠْﻮا[1][1]ْﻋَﻄﺎهُ ا
[1]
ُ َﺟ[1]ﻞَوَﻋ[1]ﺰِﻣْﺜَ[1][1]ْﺟِﺮَﻣْﻦ ﺻَ[1]ﻼَﻫﺎَوَﺣﻀََﺮَﻫﺎَﻻَﻳْﻨُﻘُﺺَذِﻟﻚَِﻣْﻦ[1]ْﺟِﺮِﻫْﻢ َﺷْﻴًﺌﺎ (رواه أﺣﻤﺪ وأﺑﻮ داود واﻟﻨﺴﺎﺋﻲ).

“Barang siapa yang berwudhu dengan sempurna kemudian dia pergi ke masjid, ternyata shalat jama’ah telah selesai, maka Allah akan berikan padanya pahala seperti orang yang mengikuti shalat jamaah itu dan menghadirinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai).

Jadi, Semoga kita semua meski shalatnya di rumah karena biasanya shalat berjamaah di masjid, akan tetap mendapatkan pahala shalat berjamaah di masjid seperti biasanya. Masalahnya satu, Kita tergolong orang yang dianggap rajin dan pantas mendapatkan transferan pahala jamaah


meski tak hadir atau tidak.


Kedua, Para ulama menjelaskan shalat berjamaah lebih utama dengan shalat di rumah dalam hadits shahih Bukhari dan Muslim diatas, itu ketika shalatnya di rumah dilakukan sendiri tanpa berjamaah.

Maka dalam keadaan aman tanpa ada udzur, Imam an-Nawawi (w. 676 H) menjelaskan:

[1]اَذا ﺻَ[1]ﻠﻰ اﻟﺮ[1]ُﺟُﻞِﻓﻲَﺑْﻴِﺘِﻪِﺑَﺮِﻓﻴﻘِِﻪ،[1]ْوَزْوَﺟِﺘِﻪ،[1]ْوَوَﻟِﺪِه، َﺣﺎزََﻓِﻀﻴﻠََﺔ اﻟَْﺠَﻤﺎﻋَِﺔ،َﻟِﻜ[1]ﻨَﻬﺎِﻓﻲ اﻟَْﻤْﺴِﺠِﺪ[1]ْﻓﻀَُﻞ.َوَﺣْﻴﺚُ َﻛﺎنَ اﻟَْﺠْﻤُﻊِﻣَﻦ اﻟَْﻤَﺴﺎﺟِِﺪ[1]ْﻛَﺜَﺮَﻓُﻬَﻮ[1]ْﻓﻀَﻞ. (اﻟﻨﻮوي، روﺿﺔ اﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ وﻋﻤﺪة اﻟﻤﻔﺘﻴﻦ، (341 /1

Ketika seorang laki- laki shalat di rumah bersama temannya, atau istrinya, atau anaknya maka

dia tetap memperolah fadhilah jamaah. Tetapi jika dilakukan di masjid maka itu lebih utama. Dimana jamaah lebih banyak itu lebih utama. (Yahya bin Syaraf an-Nawawi (w. 676 H), Raudhat

at-Thalibin, juz 1, hal. 341).

Lantas , berapa kali lipat lebih baiknya daripada shalat sendiri? Wallahua'lam. Masalah pahala memang manusia tak ada yang tahu. Kita tak bisa mengecek saldo pahala dan dosa kita sebagaimana cek saldo tabungan di rekening.

Ketiga, meski shalat fardhu saat ini dilakukan di rumah, maka jika dilakukan secara berjamaah itu lebih baik daripada sendiri-sendiri. Dengan siapa? Dengan anggota keluarga dan orang serumah pastinya.

Sebagaimana hadits Nabi dari Ubay bin Ka'ab:

...َو[1]ا[1]ن ﺻَََة اﻟﺮ[1]ُﺟﻞَِﻣَﻊ اﻟﺮ[1]ُﺟﻞِ[1]ْ[1]زَﻛﻰِﻣْﻦ ﺻََﻼِﺗِﻪَوْﺣَﺪُه،َوﺻََﻼُﺗُﻪَﻣَﻊ اﻟﺮ[1]ُﺟَْﻠﻴﻦِ[1]ْزَﻛﻰِﻣْﻦ ﺻََﻼِﺗِﻪَﻣَﻊ اﻟﺮ[1]ُﺟﻞِ،َوَﻣﺎ َﻛُﺜَﺮَﻓُﻬَﻮ[1]َﺣﺐ[1][1]اَﻟﻰ ا

[1]َِﺗَﻌﺎﻟَﻰ. (ﺳﻨﻦ أﺑﻲ داود، (152 /1

Sesungguhnya shalat seseorang yang berjamaah dengan satu orang, adalah lebih baik daripada shalat sendirian. Dan shalatnya bersama dua orang jamaah, adalah lebih baik daripada shalat bersama seorang jamaah. Semakin banyak jama'ahnya, maka semakin dicintai oleh Allah Ta'ala." (HR. Abu Daud).

Keempat, Kita itu kadang unik. Dulu waktu sekolah, kangen ingin libur. Ketika libur, kangen ingin sekolah. Ketika kerja, kangen tanggal merah. Beneran sekarang, semua tanggal warnanya merah tanpa tahu kapan hitam lagi malah tambah bingung.

Ketika masa aman, Kita males ke masjid . Ketika jamaah masjidnya libur, kangen masjid, bahkan setengah ngeyel ingin ke masjid.
Maka, mari sama-sama berdoa kepada Allah subhanahu wa ta'ala semoga wabah ini segera diangkat oleh Allah, Allah limpahkan kesabaran dan kebaikan kepada Kita. Sehingga dari ujian ini, Kita keluar sebagai orang-orang yang paling baik amalnya. Semua bisa kembali merasa aman dan nyaman dalam beribadah, berjamaah, ngaji, termasuk juga mencari rezeki halal. Amin




Tidak ada komentar:

Posting Komentar