Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...
Alhamdulillah dalam muslimah blog update kembali "Kisah Inspiratif" dengan judul "Umar Bin Abdul Aziz Pemimpin yang Adil".
Selamat membaca ...
Umar bin Abdul Aziz pemimpin yang adil, bahkan keadilannya adalah diantara sifat yang menonjol.Nama lengkapnya adalah Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam bin Abu al-’Ash bin Umayah
bin Abdu Syam bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab. Ia keturunan Bani Umayah, berdarah
Quraisy. Ia lahir pada tahun 61 H/682 M di Madinah (Tadzkirah al-HuffĆ¢zh, 1/118-120).
Umar bin Abdul Aziz sejak kecil mencintai ilmu dan sering menghadiri majelis para ulama.
Madinah pada zamannya adalah kota yang gemerlap dengan kebaikan dari ilmu para ulama,
fuqaha dan orang-orang salih. Yang pertama kali ia pelajari dari para ulama adalah adab (Ibn
Katsir, Al-BidĆ¢yah wa an-NihĆ¢yah, 12/679).
Ia hapal al-Quran sejak masih kecil. Al-Quran membimbing dirinya hingga menjadi orang
bersih. Sungguh membekas semua pelajaran dalam al-Quran yang ia pelajari. Ia sangat takut
jika mendengar kematian sehingga ia sering menangis (Ibn Katsir, Al-BidĆ¢yah wa an-NihĆ¢yah,
12/678).
Umar bin Abdil Aziz memiliki 33 guru. Delapan di antaranya adalah para Sahabat dan 25 lainnya
dari kalangan TĆ¢bi’Ć®n (Musnad AmĆ®r al-Mu’minĆ®n ‘Umar ibn ‘Abd al-AzĆ®z, hlm. 33). Ia pernah duduk
bersama Abu Hurairah ra. Karena itu ia banyak meriwayatkan hadis dari jalur Abu Hurairah ra.
(Adz-Dzahabi, Siyar A’lam an-NubalĆ¢’, 4/47)
Tentang sosoknya yang agung ini, Al-Hafizh al-Imam adz-Dzahabi antara lain berkata, “Umar bin
Abdul Aziz adalah al-Imam al-Hafidz al-‘Allamah al-Mujtahid az-Zahid al-Abid, as-Sayyid Amirul
Mu’minin haqq[an].” (Adz-Dzahabi, Siyar A’lam an-NubalĆ¢’ 5/136, 120, 114, 144).
Umar bin Abdul Aziz adalah sosok yang berkepribadian kuat, bermental baja, mampu
mencarikan solusi terbaik dari setiap problem yang ada dan memiliki analisis yang tajam.
Di antara karakteristik yang ia milikinya antara lain: rasa takut yang tinggi kepada Allah SWT.
Pernah seorang laki-laki mengunjungi Umar bin Abdul Aziz yang sedang memegang lentera.
“Berilah aku petuah!” Umar membuka perbincangan. Laki-laki itu pun berujar, “Amirul Mukminin!
Jika engkau masuk neraka, orang yang masuk surga tidaklah mungkin bisa memberi engkau
manfaat… “ Serta-merta Umar bin Abdul Aziz pun menangis tersedu-sedu hingga lentera yang
ada di genggamannya padam karena derasnya air mata yang membasahi (Ibn al-Jauzi, SƮrah wa
ManĆ¢qib ‘Umar ibn ‘Abd al-‘AzĆ®z, hlm. 164).
Umar bin Abdul Aziz adalah seorang yang wara’. Di antara sikap wara’-nya adalah keengganannya
menggunakan fasilitas negara untuk keperluan pribadi meskipun sekadar mencium bau
aroma minyak wangi. Hal itu pernah ditanyakan oleh pembantunya, “Wahai Khalifah! Bukankah
itu sekadar aroma saja, tidak lebih?” Beliau menjawab, “Bukankah minyak wangi itu diambil
manfaatnya karena aromanya?” (Ibn al-Jauzi, SĆ®rah wa ManĆ¢qib ‘Umar ibn Abdul ‘AzĆ®z, hlm. 192).
Umar bin Abdul Aziz pun sangat amanah dalam menggunakan fasilitas dan uang negara serta
harta kaum Muslim. Ia biasa menggunakan lampu negara saat mengurus urusan kaum Muslim.
Setelah selesai, ia segera memadamkan lampu tersebut, lalu menggunakan lampu pribadi (Atsar
al-Waradah fĆ® Umar ibn ‘Abd al-‘AzĆ®z fĆ® al-‘‘AqĆ®dah1/164).
Oleh: Arif B.Iskandar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar