Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...
Alhamdulillah dalam muslimah blog update kembali seputar Berita Terkini dengan bahasan "Ketika Nabi Muhammad Dibandingkan"
Selamat membaca ...
ISU Sukmawati Soekarno Putri membandingkan Nabi Muhammad SAW dengan Presiden Soekarno tengah jadi sorotan. Apalagi ia juga membandingkan Pancasila dengan Al-Qur'an.
Berikut kronologisnya yang dikutip dari news.detik.com :
Ucapan Sukmawati itu dilontarkan pada saat dirinya menghadiri sebuah diskusi bertajuk 'Bangkitkan Nasionalisme Bersama Kita Tangkal Radikalisme dan Berantas Terorisme' pada Senin (11/11).
Dalam diskusi itu, awalnya Sukmawati berbicara tentang perjuangan Indonesia merebut kemerdekaan RI dari jajahan Belanda. Kegiatan itu sendiri dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November 2019. Sukmawati kemudian melontarkan pertanyaan kepada forum.
"Sekarang saya mau tanya semua, yang berjuang di abad 20 itu Yang Mulia Nabi Muhammad apa Ir Sukarno, untuk kemerdekaan? Saya minta jawaban, silakan siapa yang mau jawab berdiri, jawab pertanyaan Ibu ini," tanya Sukmawati seperti dilihat detikcom dalam video yang viral.
Forum hening. Tidak ada yang menjawab pertanyaannya itu. Dia pun lalu melontarkan kembali pertanyaan itu kepada forum yang dihadiri sejumlah mahasiswa.
"Di abad 20, yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia itu Nabi Yang Mulia Muhammad atau Ir Sukarno? Tolong jawab, silakan anak-anak muda, saya mau tahu jawabannya, ayo jawab, nggak ada yang berani? Saya mau yang laki-laki, kan radikalis banyaknya laki-laki," lanjutnya.
Seorang mahasiswa kemudian berdiri. Sukmawati pun menanyakan identitas mahasiswa yang akan menjawab pertanyaannya itu.
"Saya Muhammad Takim Maulana, mahasiswa UIN Syarief Hidayatullah Jakarta Selatan. Memang benar pada awal ke 20 yang berjuang itu Ir Sukarno, nah...," ucapan Takim langsung dipotong Sukmawati.
"Oke, setop. Hanya itu yang Ibu mau tanya," ucapnya.
Dia kemudian meminta mahasiswa lain menjawabnya. Kali ini ada mahasiswa asal Papua yang menjawab 'Soeharto', yang kemudian mengundang gelak tawa para hadirin.
Sukmawati pun melanjutkan pidatonya. Menurutnya, adalah hal yang wajar apabila kita menghormati para pejuang terdahulu.
"Memangnya kita nggak boleh menghargai, menghormati, orang-orang mulia di awal-awal, pokoknya abad modern? Apakah suri teladan itu hanya Nabi? Ya, oke, nabi-nabi, tapi pelajari perjalanan sejarah, ada revolusi industri. Apakah kita tidak boleh menghargai seperti Thomas Jefferson, Thomas Alva Edison, orang-orang mulia untuk kesejahteraan manusia," kata Sukmawati.
Setelah peristiwa tersebut, Sukmawati Soekarno Putri dipolisikan oleh Koordinator Bela Islam (Korlabi) karena dituding menghina Nabi Muhammad SAW setelah membandingkannya dengan Presiden pertama Indonesia Sukarno. Sukmawati membantah melakukan penistaan.
Polda Metro Jaya membenarkan adanya laporan warga atas Sukmawati terkait dugaan penistaan agama. Polisi akan menindaklanjuti laporan tersebut.
"Kasus atau pasal (yang dilaporkan) penistaan agama Pasal 156a KUHP," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono dalam keterangannya, Sabtu (16/11).
Di sela bergulirnya isu tersebut, Ustadz Felix Siaw mengunggah tulisan yang menyentuh hati lewat akun Instagramnya.
Berikut isi tulisan pada postingan Beliau :
“Ketika Nabi Diperbandingkan
Ada tanya, “ Siapa yang paling berjasa diawal abad ke-20 untuk kemerdekaan Indonesia: BunugKarno atau Nabi Muhammad?”. Viral akhir-akhir ini
Dalam forum yang emosional itu, pertanyaan itu disampaikan dengan penuh tendensi. Masalahnya itu ialah pertanyaan yang salah dan sangat tidak etis.
Terlebih lagi, itu disampaikan di forum yang membahas tentang radikalisme dan terorisme yang framingnya mengarah ke ummat Muslim, lengkaplah sudah semuanya.
Dari segi narasi, saya selalu menggarisbawahi, bahwa radikalisme ini prakteknya menyasar ke kaum Muslim, maka de-radikalisasi itu sama dengan de-Islamisasi.
Dari awal, nenek itu selalu membenturkan antara agama dan negara, seolah hanya kaum nasionalis yang berjasa dan menyumbang kemerekaan bagi Indonesia.
Padahal Resolusi Jihad KH Hasyim Asyari yang membuat para pejuang itu meyakini bahwa perjuangan mereka adalah jihad fii sabilillah, syahid menanti keguguran mereka.
Padahal kenyataanyya, pembukaan UUD seudah jelas, secara jujur semua pejuang mengakui bahwa kemerdekaan itu “Atas berkah rahmat Allah”, bukan yang lain.
Lalu nenek itu bertanya, “Dimana bendera hitam berlafadz Arab saat perjuangan kemerdekaan?”. Lagi-lagi pertanyaan yang salah dan tak punya adab.
Inti pembicaraan nenek itu ingin menghilangkan peran Islam dan saham kaum Muslim dalam merdekanya Indonesia. Hingga Islam tidak boleh wujud kecuali hanya ibadah.
Bagi yang memiliki cinta, hatinya sensitif. Ia akan memilih kata, memilih sikap yang paling disukai oleh yang dicintainya. Bagaimana dengan kita pada Rasulullah?”
Beliau juga menulis nasihat tentang bagaimana semestinya Muslim menghargai Nabi Muhammad, Rasulullah SAW. Berikut unggahan tersebut:
“Allahumma Shalli 'Ala Sayyidina Muhammad
Rasulullah takkan pernah marah bila pribadinya yang dihina. Jangankan itu, dilempari saja dia balas dengan doa, dibentak saja dia balas dengan senyuman
Pantas nama Muhammad dan Ahmad disematkan padanya. Dia lelaki terpuji dan pantas untuk dipuji-puji. Bukan hanya manusia, bahkan malaikat dan Tuhan-Nya memujinya
Tapi jangan jadikan itu sebagai alasan untuk menghinanya. Sebab para pengikutnya pasti akan membelanya, dengan apapun yang mereka punya dan ada
Sebab cinta pengikutnya, takkan membiarkan yang dicintai untuk disakiti, meski yang dicintai takkan membalas apapun yang diperlakukan kepadanya
Seharusnya bulan ini adalah bulan untuk mengingatnya, bukan bulan untuk menyakitinya. Harusnya bulan ini untuk belajar darinya, bukan membandingkannya (red. Nabi Muhammad).
Apalagi memojokkan dirinya, seolah dirinya tak berjasa apapun. Padahal milyaran manusia dan ribuan tahun peradaban berhutang padanya
Bahkan tak berhenti sampai dunia, keperluan kita kepadanya sampai pada akhirat. Kerinduannya pada kita bahkan sebelum kita menghirup nafas di dunia
Bila tak tahu cinta, jangan kau mencela. Bila tak suka dengan jalannya, jangan namanya didera. Tak cukup benderanya, tak cukup warisannya, kini namanya kau nista .
Ketahui, setiap nama yang dulu menentangnya, kini dilupakan dunia. Yang dahulu memerangi risalahnya, kini binasa. Yang mengejek-ejeknya meski dalam hati, terputus dari karunia
Bila yang diucap lisan sudah berbisa, apalagi racun yang tersimpan di dalam dada. Asal tahu saja, ujung dari dengki itu adalah celaka di dunia, dan akhirat sengsara
Ini bukan menakut-nakuti, hanya nasihat bagi diri sendiri, yang mengkhawatirkan bahwa ia berhenti mencintai, pada Nabi yang lebih utama dari apapun yang ada di bumi."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar