Sebuah kisah
perikehidupan seorang wanita shahabiyah, seorang wanita yang lemah,berkulit
hitam yang mana cerita ini merupakan sebuah pelajaran bagi kaum muslimin dalam
peredaran sejarah dalam hal kesungguhan, tawadhu’ dan hingga sampai pada puncak
semangatnya.
Beliau
seorang wanita yang berkulit hitam, dipanggil dengan nama Ummu Mahjan. telah
disebutkan didalam Ash-Shahih tanpa menyebutkan nama aslinya, beliau
berdomisili di Madinah.(lihat Ibnu Sa’ad dalam Ath-Thabaqat 8/414)
Beliau
Radhiyallahu anha seorang wanita miskin yang memiliki tubuh yang lemah. Untuk
itu beliau tidak luput dari perhatian Rasulullah sang pemimpin shalallahu
alaihi wassalam, sebab beliau senantiasa mengunjungi orang-orang miskin dan
menanyai keadaan mereka dan memberi makanan kepada mereka, maka tidakkah anda
tahu akan hal ini wahai para pemimpin rakyat?
Beliau
radhiyallahu anha menyadari bahwa dirinya memiliki kewajiban terhadap akidahnya
dan masyarakat islam, lantas apa yang bisa dia laksanakan padahal beliau adalah
seorang wanita yang tua dan lemah? Akan tetapi beliau sedikitpun tidak bimbang
dan ragu, dan tidak menyisakan sedikitpun rasa putus asa dalam hatinya. Dan
rasa putus asa adalah jalan yang tidak dikenal dihati orang-orang yang beriman.
Begitulah,
keimanan beliau telah menunjukkan kepadanya untuk menunaikan tanggung jawabnya.
Maka beliau membersihkan kotoran dan dedaunan dari masjid dan beliau sapu ,
lalu beliau buang ke tong sampah dan beliau menjaga kebersihan rumah Allah,
sebab masjid memiliki peran yang sangat penting dalam islam. Disanalah
berkumpulnya para pahlawan dan para ulama. Dan masjid ibarat parlemen yang
sebanyak lima kali sehari digunakan sebagai wahana untuk bermusyawarah, saling
memahami dan saling mencintai, sebagaimana pula masjid adalah universitas
tarbiyah amaliyah yang mendasar dalam membina umat.
Begitulah
fungsi masjid pada zaman Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, demikian
pulalah yang terjadi pada zaman khulafaur rasyidin dan demikian pulalah
seharusnya peranan masjid hari ini hingga tegaknya hari kiamat.
Untuk itulah
Ummu Mahjan tidak kendor semangatnya, sebab pekerjaan itulah merupakan target
yang dapat beliau kerjakan. Beliau tidak meremehkan pentingnya membersihkan
kotoran untuk membuat suasana yang bersih bagi Rasulullah dan para sahabatnya
dalam bermusyawarah yang senantiasa mereka kerjakan secara rutin.
Ummu Mahjan
radhiyallau anha terus menerus menekuni pekerjaan tersebut hingga wafat beliau
pada zaman Rasulullah shalallahu alihi wassalam. Maka para sahabat
ridhwanullahi alihim membawa jenazah beliau setelah gelapnya malam dan mereka
mendapatkan Rasulullah masih tidur sehingga mereka tidak ingin membangunkan
beliau, maka mereka langsung menyolatkan dan menguburkannya di Baqi’ul Gharqad.
Pada pagi
harinya Rasulullah shalallahu alaihi wassalam merasa kehilangan wanita itu,
kemudian beliau tanyakan kepada para sahabat, mereka menjawab, “Beliau telah
dikubur wahai Rasulullah, kami telah mendatangi anda dan kami dapatkan anda
masih dalam keadaan tidur sehingga kami tidak ingin membangunkan anda”. Maka pergilah
Rasulullah sedangkan para sahabat menyertai beliau sehingga mereka menunjukkan
kubur Ummu Mahjan. maka berdirilah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam
sementara para sahabat berdiri bershaf-shaf dibelakang beliau , lantas
Rasululah menyolatkannya dan bertakbir 4 kali.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu anhu bahwa ada seorang wanita yang berkulit hitam yang
biasanya membersihkan masjid, suatu ketika Rasulullah kehilangan dia, maka
beliau bertanya tentangnya. Mereka berkata:”Dia telah wafat ” Rasulullah
shallahu alaihi wassalam berkata:”Mengapa kalian tidak memberitahukan hal itu
kepadaku?” Abu Hurairah berkata: “Seolah-olah mereka menganggap bahwa kematian
Ummu Mahjan itu adalah hal yang sepele.Rasulullah bersabda:”Tunjukkan kepadaku
dimana kuburnya!” Maka mereka menunjukkan kuburnya kepada Rasulullah kemudian
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menyolatkannya lalu bersabda:
“Sesungguhnya
kubur ini terisi dengan kegelapan atas penghuninya dan Allah meneranginya bagi
mereka karena aku telah menyolatkannya”.
Oleh karena
itu ia mendapatkan perhatian dari Rasulullah shalallau alaihi wassalam hingga
ia wafat. Sehingga beliau menyalahkan para sahabat beliau ridhwanullahi alaihim
yang tidak memberitahukan kepada beliau perihal kematiannya agar beliau dapat mengantarkan
Ummu Mahjan ketempat tinggalnya yang terakhir didunia. Bahkan tidak cukup hanya
demikian namun beliau bersegera menuju kuburnya untuk menyolatkannya agar Allah
menerangi kuburnya dengan shalat beliau.Semoga Allah memberi kita kekuatan
untuk meniru dan meneladani akhlak mereka yang merupakan sebaik-baik generasi
diatas muka bumi. Allahumma jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mencintai
RasulMu dan para sahabatnya dan wafatkanlah kami diatas islam dan sunnah.
Semoga Allah
merahmati Ummu Mahjan radhiyallahu anha yang sekalipun beliau seorang yang
miskin dan lemah, akan tetapi beliau turut berperan sesuai dengan kemampuannya.
Beliau adalah pelajaran bagi kaum muslimin dalam perputaran sejarah bahwa tidak
boleh menganggap sepele suatu amal sekalipun kecil.
Wallahu ‘alam bishawwab.
Sumber : https://www.islamkafah.com/kisah-shahabiyah-ummu-mahjan-dan-pengabdiannya-yang-tak-pernah-putus/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar